Imunisasi dan Skrining Jadi Strategi Kemenkes Jaga Kesehatan Masyarakat

MNC Media, Jurnalis
Sabtu 12 Oktober 2024 05:00 WIB
Imunisasi dan skrining jadi strategi jaga kesehatan masyarakat. (Foto: Kemenkes)
Share :

INDONESIA saat ini fokus mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk menjaga masyarakat tetap hidup sehat. Upaya ini merupakan salah satu keberhasilan sektor kesehatan pada kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) selama 10 tahun atau pada dua periode, yaitu 2014-2019 dan 2019-2024.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, strategi untuk menjaga kesehatan masyarakat melalui upaya promotif dan preventif merupakan bagian dari transformasi layanan kesehatan primer. Transformasi layanan kesehatan primer merupakan pilar pertama dalam transformasi kesehatan Indonesia. 

Dalam penerapannya, fokus utamanya adalah memperkuat aktivitas promotif dan preventif untuk menciptakan lebih banyak masyarakat yang sehat, memperbaiki skrining kesehatan, serta meningkatkan kapasitas layanan kesehatan primer.

“Untuk menjaga orang tetap sehat, fokus promotif dan preventif di puskesmas, posyandu, bidan, perawat, dokter-dokter yang ada di puskesmas. Sedangkan, kalau mengobati orang sakit, kita mengurusnya di rumah sakit, mulai dari kelengkapan obat-obatan sampai alat kesehatan,” kata Menkes Budi Gunadi di Jakarta, Senin 7 Oktober 2024.

Imunisasi dan skrining jadi strategi jaga kesehatan masyarakat. (Foto: Kemenkes)

Pelayanan kesehatan primer dilakukan dengan merevitalisasi jaringan puskesmas, puskesmas pembantu (pustu), dan posyandu. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melakukan revitalisasi 10 ribu puskesmas, 85 ribu puskesmas pembantu, dan 300 ribu posyandu.

“Revitalisasinya nomor satu, kami revitalisasi layanan kesehatan, karena masing-masing puskesmas sebelumnya beda-beda pelayanannya. Kami akhirnya standardisasikan pelayanannya. Yang kedua, layanan kesehatan tidak hanya fokus kepada ibu hamil dan balita,” tutur Menkes Budi.

“Pada program revitalisasi, layanan kesehatan promotif dan preventif ditujukan, mulai dari ibu hamil, balita, anak-anak, remaja, dewasa hingga lansia. Itu yang kami revitalisasi. Yang ketiga, semua (data) digitalisasikan. Jadi, program revitalisasi ini sudah dilakukan dengan sangat masif," katanya.

 

Imunisasi untuk Pencegahan

Dari sisi standardisasi layanan kesehatan, Menkes Budi menambahkan, puskesmas memiliki peran penting dalam upaya promotif dan preventif. Implementasi upaya preventif terdiri dari imunisasi dan skrining.

“Imunisasi untuk mencegah supaya tidak sakit dan skrining untuk mendeteksi risiko penyakit. Imunisasi kita sudah bertambah dengan kehadiran tiga antigen baru, yakni vaksin HPV (human papillomavirus) untuk pencegahan kanker serviks,” tuturnya.

“Vaksin PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine) untuk pneumonia dan Rotavirus untuk mencegah diare. Vaksin pneumonia dan diare diberikan kepada seluruh balita. Lalu, untuk vaksin HPV diberikan kepada semua wanita," katanya.

Menurut Menkes Budi, pemberian vaksin HPV dilatarbelakangi melihat angka kejadian kasus kanker serviks di Indonesia. Kanker serviks merupakan penyebab kematian kedua tertinggi pada wanita setelah kanker payudara.

Imunisasi dan skrining jadi strategi jaga kesehatan masyarakat. (Foto: Kemenkes)

“Kasus kanker serviks di Indonesia naik terus. Sekarang, sudah ada vaksinnya. Vaksin HPV untuk anak perempuan usia 11-12 tahun, kemudian naik untuk usia 15-16 tahun, akhirnya naik diberikan untuk usia 21 tahun. Diberikan vaksinnya buat anak-anak dan remaja, karena mereka bisa menjadi carrier (pembawa),” ujarnya.

Pemberian vaksin PCV dan Rotavirus juga didasari tingginya angka kematian balita akibat pneumonia dan diare. Padahal, sudah ada vaksin yang dapat mencegah dua penyakit tersebut.

“Vaksin HPV, PCV, dan Rotavirus disorot dunia. Indonesia akhirnya melakukan imunisasi dengan ketiga vaksin tersebut. Ini adalah program nasional yang sangat besar dan tentunya berkat keberhasilan kepemimpinan Bapak Presiden Jokowi,” kata Menkes Budi.

 

Deteksi Risiko Penyakit

Upaya preventif lainnya dalam layanan kesehatan primer adalah skrining. Skrining yang paling masif dilakukan adalah skrining penyakit gizi pada balita.

“Skrining penyakit yang terbayang oleh kita biasanya skrining penyakit jantung, stroke, diabetes. Yang paling masif kami lakukan adalah skrining penyakit gizi balita, yakni stunting. Stunting termasuk penyakit gizi dengan gizi kurang dan ini diskrining,” tutur Menkes Budi Gunadi Sadikin.

“Cara skriningnya dengan mengukur tinggi dan berat badan. Dulu, pengukurannya tidak standar. Sekarang, ada alat yang namanya antropometri buat skrining. Fungsinya, sebagai alat ukur tinggi dan berat bayi," katanya.

Kemenkes telah mendistribusikan lebih dari 300 ribu alat antropometri ke posyandu di seluruh Indonesia untuk menstandarkan proses penimbangan, mengingat sebelumnya alat timbang di posyandu tidak terstandar.

Imunisasi dan skrining jadi strategi jaga kesehatan masyarakat. (Foto: Kemenkes)

“Antropometri ini kami kirim secara masif. Sebanyak 1,5 juta kader posyandu diajarkan cara menimbang. Ini program yang luar biasa,” ujar Menkes Budi.

Lebih lanjut, Menkes Budi menjelaskan, skrining masif juga dilakukan untuk bayi dalam kandungan. Skrining ini memerlukan biaya sangat besar karena melibatkan pengadaan alat ultrasonografi (USG) untuk 10 ribu puskesmas.

“Alat USG digunakan untuk skrining bayi dalam kandungan ibu hamil. Kematian bayi dan ibu di negara kita masih tinggi, tidak turun-turun karena kita punya alat USG sedikit sekali. Sewaktu saya masuk menjadi Menteri Kesehatan, baru ada 2.200 puskesmas dari 10 ribu yang punya alatnya,” katanya.

“Padahal, kelahiran banyak terjadi di puskesmas. Hanya 22 persen ibu hamil yang ada di Indonesia yang bisa dapat pelayanan dengan USG waktu itu. Oleh karena itu, kami kirim alat USG ke seluruh puskesmas," katanya.

 

Selain digunakan untuk skrining bayi dalam kandungan, alat USG juga dapat digunakan untuk mendeteksi kanker payudara. Skrining kanker serviks juga telah gencar dilakukan dengan dukungan mesin PCR.

“Sehingga bukan swab di hidung, tapi swab di serviks. Nanti bisa terlihat di mesin PCR, apakah ada potensi virus kanker serviksnya atau tidak,” kata Menkes Budi Gunadi.

Upaya skrining lainnya mencakup skrining tuberkulosis (TB). Sebelumnya, dari target satu juta orang, hanya sekitar 500 ribu hingga 600 ribu orang yang terdeteksi, sementara 400 ribu orang lainnya berpotensi menularkan penyakit ini ke orang lain.

“Skrining TB naik sekarang, bisa 840 ribu orang. Semoga tahun ini bisa 900 ribu orang. Belum lagi skrining penyakit tidak menular. Di Indonesia, yang meninggal banyak yang stroke, jantung, dan kanker,” ucap Menkes Budi.

“Stroke dan jantung atau masalah kardiovaskular mesti dijaga tekanan darah, gula darah dan lemak darah. Begitu terdeteksi tekanan darah tinggi, sudah ada obatnya dan gratis. Gula darah yang tinggi juga berbahaya. Upaya skrining ini contoh program besar layanan kesehatan di puskesmas," tuturnya.

(Leonardus Selwyn)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita Women lainnya