Studi Sebut Program Makan Siang Gratis Terbukti Kurangi Gizi Buruk, Ini Penjelasannya!

Syifa Fauziah, Jurnalis
Jum'at 27 September 2024 12:01 WIB
Program makan siang gratis. (Ilustrasi: Freepik.com)
Share :

MASALAH gizi buruk pada anak masih menjadi perhatian pemerintah. Untuk itu, Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming mencetuskan program makan siang bergizi gratis kepada sekolah-sekolah di Indonesia.

Gagasan ini pun dikaji ulang oleh Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Universitas Indonesia (PKGK UI) bersama Comfeed Indonesia Tbk (JAPFA). Sebanyak lebih dari 1.000 anak sekolah dasar, taman kanak-kanak dan balita mendapatkan makanan bergizi pada Mei-Juni lalu di lima kota, yaitu Padang, Sragen, Mempawah, Malang dan Makassar.

Studi ini menguji tiga model pemberian makan bergizi, yakni Ready to Eat (RTE), Ready to Cook (RTC) dan Swakelola. Tujuannya adalah untuk menganalisis efektivitas setiap model sekaligus memantau proses produksi, pemenuhan kebutuhan gizi, hingga distribusinya.

Ahli Gizi Kesehatan Masyarakat PKGK Ui Prof. Dr. drg. Sandra Fikawati, MPH, menjelaskan hasil dari studi tersebut terlihat bahwa konsumsi protein hewani pada anak-anak relatif rendah, kecuali telur.

"Selain itu, sebanyak 63 persen siswa tidak terbiasa membawa bekal. Meskipun demikian, status gizi siswa dilihat dari berat dan tinggi badan, tergolong normal berdasarkan standar WHO dan Kemenkes," ujar Prof Fika saat ditemui dalam acara Konferensi Pers Makanan Bergizi Bersama Japfa, baru-baru ini.

Prof Fika mengatakan dari tiga model pemberian makanan bergizi yang dilakukan, model Swakelola memiliki tingkat konsumsi tertinggi di antara siswa dengan persentase 84 persen, diikuti oleh Ready to Cook (RTC) dengan persentase 83 persen.

“Secara keseluruhan, jumlah anak dengan status gizi buruk, berkurang 2,8 persen pasca program. Program ini berhasil meningkatkan asupan gizi siswa, terutama dalam hal protein dan buah yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan siswa,” katanya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Food Security Review (IFSR) I Dewa Made Agung, menekankan pentingnya kolaborasi multi stakeholder dalam mendukung keberhasilan program makan bergizi. Menurutnya, edukasi mengenai menu dan konsumsi makanan bergizi, serta pengelolaan food waste perlu diberikan kepada anak dan orang tua.

“Studi percontohan yang dilakukan oleh JAPFA dan PKGK UI dapat menjadi referensi penting untuk implementasi program makan bergizi di sekolah-sekolah," katanya.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita Women lainnya