OLAHRAGA lari sedang menjadi tren masyarakat Indonesia. Padahal, ini merupakan jenis olahraga yang membutuhkan latihan panjang agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan, seperti terkena serangan jantung mendadak.
Dokter sekaligus Influencer Kesehatan, dr Tirta Mandira Hudhi mengungkapkan ada beberapa langkah yang diperlukan sebelum melakukan aktivitas olahraga lari. Dia menegaskan hal ini perlu dilakukan agar fisik siap saat melakukan aktivitas berat.
Salah satu yang diperlukan adalah tidur dalam waktu yang cukup dan berkualitas. Jika tidak, maka tubuh akan cepat lelah dan jantung bisa dengan mudah berdegup kencang yang bisa menyebabkan seseorang pingsan hingga meninggal dunia.
"Tidur itu bukan hanya durasi tidur, tapi kualitas tidurnya. Jadi kalau kita mau larinya pagi, upayakan kita tidur itu jam 10 malam," kata dr Tirta di Jakarta Pusat, Rabu 25 September 2024.
Sebelum melakukan aktivitas lari, dr Tirta juga menjelaskan beberapa langkah yang perlu dilakukan. Ini bertujuan meregangkan otot-otot dan memastikan detak jantung pada kondisi yang aman.
"Dan dari bangun tidur ke lari itu bukan dadakan ya, tetap ada PWO (Pre-Workout Meal), jadi pisang boleh, energy gel boleh, atau makanan-makanan dan minuman-minuman lain yang bisa menghasilkan energi, terus stretching dinamis, baru kita lari," ujarnya.
"Jadi kalau kita mau lari jam lima, ya setengah lima sudah harus bangun. Kalau langsung lari rentan blackout karena cairan dalam tubuh kurang, kita belum sepenuhnya sadar. Ini rentan cedera, karena tubuh mengantuk," tuturnya.
Sebagai informasi, lari merupakan jenis olahraga kardio yang bertujuan untuk meningkatkan detak jantung dan laju pernapasan, sehingga tubuh bisa mengalirkan oksigen lebih banyak. Sehingga perlu diperhatikan rata-rata detak jantung agar tidak melewati batas yang ditentukan.
"Kalau olahraga itu, apalagi di bidang olahraga kardio, entah itu lari atau cycling, itu harus memperhatikan detak jantung masing-masing. Setiap orang itu berbeda. Rumusnya itu 220 dikurangi usia, misal saya di usia 33 tahun, ya maksimal (heart rate) di 187, itu sudah di zona lima. Lebih dari itu rentan terkena serangan jantung," kata dr Tirta.
(Leonardus Selwyn)