SEBUAH Studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Neurology oleh American Academy of Neurology mengungkapkan bahwa kelas obat diabetes, khususnya inhibitor sodium glucose cotransporter 2 (SGLT2), mungkin berhubungan dengan penurunan risiko demensia dan penyakit Parkinson.
Peneliti Minyoung Lee, MD, PhD, dari Yonsei University College of Medicine, menekankan pentingnya temuan ini karena jumlah kasus penyakit neurodegeneratif, seperti demensia dan penyakit Parkinson meningkat seiring bertambahnya usia populasi.
Melansir dari aninews, Minggu (22/09/2024), studi ini melibatkan analisis terhadap orang dengan diabetes tipe 2 yang memulai pengobatan antara 2014 hingga 2019 di Korea Selatan.
Peneliti mencocokkan peserta yang menggunakan inhibitor SGLT2 dengan mereka yang menggunakan obat diabetes oral lainnya untuk memastikan kedua kelompok memiliki usia, kondisi kesehatan, dan komplikasi diabetes.
Kemudian peneliti mengikuti para peserta untuk melihat apakah mereka mengalami demensia atau penyakit Parkinson. Dari 358.862 peserta dengan usia rata-rata 58 tahun, 6.837 orang mengalami demensia atau penyakit Parkinson selama penelitian.
Hasil menunjukkan bahwa penggunaan inhibitor SGLT2 dikaitkan dengan:
1. Penyakit Alzheimer: 39,7 kasus per 10 ribu orang untuk pengguna SGLT2, dibandingkan dengan 63,7 untuk pengguna obat lain.
2. Demensia Vaskular: 10,6 kasus per 10 ribu orang untuk SGLT2, dibandingkan dengan 18,7 untuk obat lain.
3. Penyakit Parkinson: 9,3 kasus per 10 ribu orang untuk SGLT2, dibandingkan dengan 13,7 untuk obat lain.
Setelah mempertimbangkan faktor-faktor lain, penggunaan inhibitor SGLT2 dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit Alzheimer dan Parkinson sebesar 20 persen, serta penurunan risiko demensia vaskular sebesar 30 persen.
Lee mencatat bahwa hasil ini tetap konsisten setelah mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti tekanan darah, kadar glukosa, kolesterol, dan fungsi ginjal. Namun, dia juga menekankan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memastikan keakuratan temuan ini dalam jangka panjang, karena sebagian besar peserta hanya diikuti selama kurang dari lima tahun.
(Leonardus Selwyn)