Ini hanya sebuah ungkapan saat ini, namun pada Dinasti Joseon (1392-1910), orang-orang benar-benar memberi makan nakji kepada sapi yang menderita karena panas musim panas atau yang baru saja melahirkan, sebagaimana dicatat dalam 'Jasaneobo' atau 'Kitab Ikan', sebuah catatan yang ditulis oleh sarjana Joseon Jeong Yak-jeon (1758-1816).
“Memberi makan tiga atau empat nakji pada sapi-sapi ini dapat dengan cepat membuat mereka menjadi lebih baik,” tulis buku tersebut.
Nakji memang tinggi protein dan nutrisi lain seperti taurin, DHA, EPA, zat besi dan kalsium. Namun fakta bahwa mereka masih hidup tidak serta merta membuat mereka lebih sehat.
Nilai nutrisi antara nakji yang dimasak dan nakji hidup pun hampir sama. Namun, orang Korea menganggapnya lebih baik karena masih hidup dan segar. Itulah alasannya kenapa orang Korea lebih memilih memakan gurita dalam keadaan hidup.
(Rizka Diputra)