MASKAPAI pesawat mengharuskan penumpang membuka penutup jendela saat pesawat lepas landas (take off) maupun mendarat (landing).
Sebenarnya hal ini tidak diperlukan kepada seluruh maskapai, dan tidak terlalu umum. Banyak kesalahpahaman yang terjadi mengenai mengapa hal ini perlu dilakukan.
Mengutip Simpleflying, perlunya membuka penutup jendela pesawat saat melakukan lepas landas dan mendarat sering disalahpahami sebagai penyesuaian penglihatan terhadap kondisi di luar jika perlu melakukan evakuasi. Penyataan itu tidak keliru, namun bukan menjadi alasan utama kebijakan itu diberlakukan.
Dalam keadaan darurat yang perlu melakukan evakuasi, lebih penting untuk menyesuaikan pencahayaan di dalam kabin terlebih dahulu sehingga pintu keluar terdekat dapat ditemukan dengan cepat.
Pesawat memiliki lampu darurat, yang mana akan terus menyala saat siang atau malam hari. Lampu darurat ini mempunyai cahaya putih yang terang di langit-langit dan lantai.
Apapun kondisi penutup jendela, penglihatan penumpang harus disesuaikan dengan pengaturan lampu darurat yang ditetapkan secara otomatis oleh pesawat atau yang dipilih oleh pilot.
Alasan terpenting dalam kebijakan membuka penutup jendela saat pesawat lepas landas dan mendarat, yaitu jendela yang terbuka memungkinkan awak kabin melihat kondisi di luar pesawat.
Awak kabin perlu melihat kondisi luar untuk menentukan apakah ada masalah di dekat pintu keluar darurat sebelum melakukan evakuasi terhadap penumpang.
Mesin yang menyala ialah hal sangat diperhatikan awak kabin saat penutup jendela terbuka. Mesin yang menyala dapat membahayakan penyebaran dan membahayakan keselamatan penumpang yang turun di depan atau di belakangnya. Hal ini sangat penting jika pintu darurat berada tepat di depan mesin.
Selain itu, awak kabin perlu melihat ketinggian pesawat di atas tanah. Jika pesawat tidak rata dan perosotan tidak dapat menyentuh tanah, awak kabin tidak diperkenankan membuka pintu darurat. Perosotan darurat dapat dipasang jika pesawat lebih rendah dari yang dirancang, namun tidak jika lebih tinggi.
Awak kabin dapat melihat melalui jendela jika terjadi masalah terhadap mesin atau sayap pesawat. Jika pesawat perlu melakukan evakuasi, penumpang dan seluruh awak pesawat dapat melihat sisi pesawat mana yang lebih aman untuk evakuasi.
Contoh kasus menggunakan pintu darurat dengan cepat adalah Japan Air 583. Setelah bertabrakan dengan De Havilland Dash 8 di Bandara Haneda, Tokyo pada tanggal 2 Januari lalu, hanya tiga dari delapan perosotan darurat pada Airbus A350-900 yang dapat digunakan karena kebakaran, mesin kanan mungkin masih menyala dan pesawat berhenti dengan ekor tinggi di hidungnya.
Meskipun penyelidikan atas kecelakaan tersebut masih berlangsung, penilaian awak pesawat tentang pintu keluar mana yang harus digunakan dapat menjadi studi kasus untuk prosedur evakuasi yang tepat.
Hal ini tidak tertulis dalam buku panduan pelatihan, namun awak pesawat dapat menimbang dan melihat ke jendela untuk membantu meningkatkan kewaspadaan saat melakukan evakuasi. Terutama untuk awak pesawat yang berada di dekat pintu darurat.
Seperti halnya yang terjadi pada awak pesawat American 300 rute New York - Los Angeles pada April 2019. Setelah terjadi benturan sayap saat lepas landas, awak pesawat dengan cepat berkomunikasi dengan pilot tentang pengamatan dari belakang dan membantu pilot mengatasi apa yang akan terjadi.
Membuka penutup jendela bukanlah hukum, tetapi merupakan praktik umum di seluruh dunia. Manfaat melihat lingkungan atau situasi di luar saat evakuasi sangat kecil, namun dapat membuat perbedaan besar dalam beberapa kasus tersebut. Satu lagi keuntungan dari jendela terbuka adalah bahwa penumpang yang berada di kuris tengah atau lorong dapat melihat pemandangan meski tidak duduk dekat jendela.
(Rizka Diputra)