“Sistem ini nantinya akan memberitahukan apakah akan terjadi kilat petir, apakah akan terjadi puting beliung, apakah akan terjadi longsor, banjir, lalu apa yang harus dilakukan, bagaimana cara menyikapinya. Ini sangat penting bagi wisatawan, karena untuk merencanakan mengunjungi suatu destinasi,” ungkap Dwikorita.
Sistem ini juga dilengkapi dengan ribuan titik pengamatan, puluhan radar, dan satu satelit, sehingga akan lebih akurat.
“Sehingga wisatawan nantinya bisa lebih optimal mengunjungi destinasi wisata,” kata Dwikorita.
Sedangkan Kepala Biro Komunikasi, I Gusti Ayu Dewi Hendriyani menegaskan, Biro Komunikasi Kemenparekraf siap berkomitmen untuk mendiseminasikan dan menyebarluaskan informasi mengenai Sistem Informasi Prakiraan Cuaca Berbasis Dampak (IBF) di sektor pariwisata ke berbagai kanal owned media Kemenparekraf/Baparekraf serta ke stakeholder parekraf baik internal maupun eksternal, sehingga dapat dimanfaatkan dalam perencanaan berwisata maupun penyelenggaraan event.
“Kami juga akan mengedukasi masyarakat tidak hanya di lingkungan eksternal tapi juga internal, karena ini sangat penting dipergunakan di kedeputian destinasi terkait resilience atau ketangguhan, juga bagi kedeputian yang mengelola event-event, sehingga nantinya bisa digunakan untuk menyesuaikan dengan data dalam sistem ini untuk menentukan waktu penyelenggaraan event,” ucap Dewi.
(Rizka Diputra)