DEPARTEMEN Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta bekerja sama dengan Rumah Sakit (RS) UNS dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Moewardi Surakarta menggelar Solo Cardiovaskular Forum dan Solo on Course Heart Failure (SCF dan SOC-HF) pada 26 hingga 28 Juli 2024.
Dalam acara tersebut diselenggarakan sesi puncak yakni ablasi jantung yang disiarkan langsung dari RS UNS. SCF dan SOC-HF merupakan acara ilmiah tahunan pertama di Indonesia. Kegiatan ini membahas kemajuan dalam penanganan serta berbagi pengalaman dan inovasi dalam penatalaksanaan gagal jantung.
Acara seremonial pembukaan SCF dan SOC-HF digelar di Hotel Grand Mercure Solo Baru, Sukoharjo, Sabtu 27 Juli 2024. Acara tersebut dihadiri anggota Dewan Pertimbangan Klinis Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sekaligus Direktur Utama RS Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita, Dr. dr. Iwan Dakota, Sp.JP (K).
Hadir juga Presiden Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, dr. Radityo Prakoso, Sp.JP (K), dan Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Dr. dr. Sally Aman Nasution, Sp.PD.-KKV.
Tampak pula Direktur RS UNS, Prof. Dr. dr. Hartono, M.Si., Direktur RSUD dr Moewardi, Dr. dr. Cahyono Hadi, Sp.OG (K), serta ratusan peserta baik dokter spesialis, dokter umum, perawat dan mahasiswa FK di Indonesia.
Simposium kali ini mengusung tema besar, yakni Great Disruption in Cardiovvascular Disease Managemen, Winner Takes All. Ketua Panitia SCF dan SOC-HF 2024, dr. Risalina Myrtha, Sp.JP., mengatakan SCF dan SOC-HF digelar kali pertama pada tahun 2017.
“Jadi, sekarang merupakan tahun ketujuh penyelenggaraan SCF di Solo. Para peserta yakni mahasiswa Fakultas Kedokteran. Jumlah peserta kurang lebih 500 orang. Yang paling istimewa dan belum pernah ada di kegiatan SCF yakni sesi puncak ablasi jantung yang disiarkan langsung dari RS UNS,” kata dr. Risalina.
Sementara itu, Direktur Utama RSJPD Harapan Kita, Dr. dr Iwan Dakota, Sp.JP. (K), mengatakan penyakit kardiovaskular masih menjadi penyebab kematian tertinggi di dunia.
Oleh karena itu, pemerintah berkolaborasi dengan organisasi profesi, dokter spesialis jantung dan stakeholders berupaya meningkatkan kompetensi agar tata laksana penanganan pasien menjadi paripurna.
“Saya harap kegiatan ini menjadi sarana untuk berbagi ilmu dan pengalaman penanganan gagal jantung. Dan saya sangat mengapresiasi komitmen RS UNS yang menunjukkan keseriusannya dengan membuka layanan khusus klinik gagal jantung yang beroperasi mulai 2019. Klinik ini pertama dan satu-satunya yang dimiliki rumah sakit di Jateng-DIY,” ujar dr. Iwan.