Kemenkes Ungkap Sumber Penularan Horizontal Kasus Hepatitis di Indonesia, Ini Penyebab Utamanya!

Wiwie Heriyani, Jurnalis
Jum'at 26 Juli 2024 16:00 WIB
Kemenkes ungkap sumber penularan hepatitis di Indonesia. (Foto: Freepik.com)
Share :

KEMENTERIAN Kesehatan RI mengungkapkan bahwa kasus hepatitis di Indonesia masih cukup tinggi, bahkan menempati urutan keempat di dunia. Hepatitis sendiri terdiri dari beberapa jenis. Mulai dari Hepatitis A, B, C, D hingga hepatitis E. Namun, salah satu jenis hepatitis yang mendominasi di Indonesia adalah hepatitis B.

Bahkan, di Indonesia sendiri diperkirakan setidaknya ada 6.7 juta orang yang mengidap hepatitis B. Sayangnya, dari sekian banyak orang tersebut, hanya sekitar 56.000 orang saja yang berhasil terdeteksi lewat skrining. Artinya, masih banyak penderita hepatitis B di Indonesia yang tidak terdiagnosis dan tidak menyadari bahwa mereka sedang mengidap hepatitis.

“Pertama terkait dengan skrining. Jadi dari survei kesehatan Indonesia itu kan ada perkiraannya ada sekitar 6.7 juta orang yang hepatitis B. Saat ini menurut laporan yang kami terima, itu hanya sekitar 56.000 yang tercatat yang didiagnosis,” ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Kementerian Kesehatan RI, dr. Imran Pambudi, dalam Temu Media yang digelar secara daring, Jumat, (26/7/2024).

“Artinya sebetulnya masih banyak banget penderita hepatitis B yang sakit tapi tidak terdiagnosis karena tidak terskrining,” katanya.

Hal ini lantas secara tidak langsung membuat para penderita hepatitis yang tidak terdiagnosa ini bisa menularkan hepatitis ke orang lain, terutama orang-orang lingkungan sekitarnya.

Seperti diketahui, Hepatitis B sendiri bisa ditularkan melalui kontak dengan cairan tubuh pasien, seperti darah dan produk darah, air liur, cairan vagina, cairan sperma, dan cairan tubuh lainnya.

“Nah, orang-orang inilah yang kemungkinan besar akan menularkan ke orang lain. Jadi memang kalau kita tidak segera bisa menemukan secepat mungkin maka hepatitis B ini bukan tidak mungkin jadi penularan horizontal yang harus segera diputus,” kata dr. Imran.

“Masalahnya seperti yang tadi disampaikan, ada orang yang menderita hepatitis B itu spektrum nya besar sekali. Dan biasanya kalau sudah muncul gejala, itu kondisinya sudah berat. Sehingga dia tidak merasa sakit pada saat dia terkena pada fase awal. Tanpa dilakukan testing itu tidak ketemu,” katanya.

Sebagai informasi, menjelang Hari Hepatitis Sedunia 2024 yang jatuh pada tanggal 28 Juli 2024 mengingatkan akan kasus hepatitis yang masih cukup tinggi di Indonesia. Menurut data Kementerian Kesehatan RI, saat ini, Indonesia menempati urutan ke-4 dengan kasus hepatitis tertinggi di dunia.

Hal ini tentu menjadi perhatian, karena dengan kata lain, Indonesia menempati lima besar sebagai negara dengan kasus hepatitis tertinggi di dunia. Salah satu penyebab utama mengapa kasus hepatitis di Indonesia masih tinggi yakni karena kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia terhadap skrining alias pemeriksaan dini.

(Leonardus Selwyn)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita Women lainnya