Dokter Arifianto menjelaskan kondisi tersebut sebagai bentuk proses pembelajaran bayi dalam mengkoordinasikan otot-otot dinding perutnya untuk mendorong tinja. Kadang memang bisa sampai menangis bayinya.
“Coba deh bayangkan aja kita jadi bayi, baru bisa telentang, belum pandai duduk. Terus harus BAB sambil telentang. Susah kan! Kentut aja susah sambil berbaring. Minimal harus sambil miring, baru bisa keluar gasnya,” katanya.
Jadi para moms yang melihat bayinya mengejan kencang untuk kentut atau BAB, sebaiknya bantu posisi untuk mendudukan si kecil.
“Supaya bayinya lebih nyaman. Makin besar bayinya, akan makin berkurang dyschezia-nya,” tutupnya.
(Rizky Pradita Ananda)