Hadiri Hari Titik Kulminasi Matahari, Sandiaga: Pasaman Equator Festival Perkuat Daya Tarik Wisata

Nanda Dwi Cahyani, Jurnalis
Minggu 24 Maret 2024 11:37 WIB
Menparekraf RI, Sandiaga Salahuddin Uno (Foto: dok. Kemenparekraf)
Share :

MENTERI Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno berkesempatan menyaksikan Hari Titik Kulminasi Matahari yang menjadi puncak penyelenggaraan Pasaman Equator Festival di Tugu Khatulistiwa Bonjol, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat.

"Fenomena alam yang kita saksikan hari ini sangat luar biasa," ucap Sandi dalam sambutannya pada Pasaman Equator Festival yang berlangsung di Tugu Khatulistiwa Bonjol, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, Sabtu, 23 Maret 2024.

Hari Titik Kulminasi Matahari ialah hari di mana matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit, sehingga menyebabkan bayangan akan berada tegak lurus, seolah-olah tanpa bayangan.

(Foto: dok. Kemenparekraf)

Sandi meyakini, kehadiran Pasaman Equator Festival yang rutin dilakukan setiap tahunnya oleh BMKG dan Pemerintah Daerah setempat akan memperkuat daya tarik wisata di Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat yang dikenal sebagai land of equator.

"Posisi strategis Pasaman sebagai daerah Khatulistiwa dan juga tempat kelahiran Tuanku Imam Bonjol menjadi storynomics yang kuat sebagai modal pengembangan pariwisata di kawasan Pasaman," tuturnya.

Ia juga secara langsung memberikan instruksi kepada Sekretaris Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf Oni Yulfian, untuk memetakan beberapa pola perjalanan, sehingga Kabupaten Pasaman juga menjadi kontributor pergerakan wisatawan nusantara, yang tahun 2024 ditargetkan sebanyak 1,5 miliar pergerakan.

"Kami juga mendorong sebuah terobosan dimana desa wisata di Pasaman bisa masuk menjadi bagian dari ekosistem ADWI (Anugerah Desa Wisata Indonesia). Dan harapannya ke depan Pasaman Equator Festival dapat menjadi festival berkelas nasional," papar mantan Wagub DKI Jakarta ini.

Sementara, Bupati Pasaman, Sabar AS menyebut, dengan ikon utama yang unik yakni berada di garis khatulistiwa, menjadikan Pasaman sebagai daya tarik wisata. Ini menjadi sebuah diferensiasi tersendiri bagi Pasaman sebagai destinasi wisata yang berbeda dengan tempat wisata lainnya.

"Karena itu kami terus berbenah untuk mengembangkan wisata selain kawasan Bonjol sebagai kawasan wisata terpadu, terintegrasi," ungkap Sabar.

Plt. Kepala Penelituan dan Pengembangan BMKG, Rahmat Triono, menambahkan, fenomena khatulistiwa ini terjadi dua kali dalam setahun, yakni pada Maret dan September. Karena pergerakan semu matahari seolah-olah matahari bergeser ke utara dan selatan.

(Foto: dok. Kemenparekraf)

"Saya pun berharap fenomena alam ini mampu menjadi daya tarik bagi masyarakat, sehingga pariwisata di daerah Pasaman dikenal secara luas," kata Rahmat.

Selain perayaan Titik Kulminasi Matahari, Pasaman Equator Festival menghadirkan rangkaian acara lainnya yakni seminar astronomi, keberagaman budaya di Khatulistiwa, talkshow dengan tema "bedah langit Khatulistiwa Bonjol untuk Indonesia dan dunia", serta perayaan Hari Meteorologi ke-74 Dunia.

(Rizka Diputra)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita Women lainnya