Penelitian juga menemukan ketika pasien berhenti vaping, kondisinya justru membaik sebagian selama 1-4 tahun.
“Tidak sepenuhnya membaik karena ada jaringan parut, tapi setidaknya menjadi lebih baik,” kata Prof.Erlina.
“Lihat, bahkan ketika sudah berhenti pun ada kondisi yang tidak bisa mengembalikan kesehatan paru-paru seperti semula. Apalagi jika tidak berhenti,” tuturnya.
Tidak sampai di situ, bahkan Prof.Erlina menyebut bahwa masih ada deretan penyakit lain yang disebabkan oleh vape. Mulai dari pneumonia, asma, PPOK, paru-paru kolaps, hingga risiko kanker yang juga tidak lepas dari vape karena kandungan zat kimia formaldehid dan hidrokarbon.
“Belum lagi zat kimia lainnya. Sensasi rasa mangga, mint, dan lainnya itu Anda dapatkan dari kandungan bahan kimia,” ujarnya.
“WHO sudah menyoroti adanya pemasaran yang misleading dengan mengungkapkan bahwa vape lebih sehat padahal, lihat, kenyataannya ya berbahaya,” katanya.
(Leonardus Selwyn)