BEBERAPA waktu lalu, lonjakan kasus Covid-19 kembali terjadi di Singapura dan China. Kedua negara itu mengalami kenaikan angka kasus baru Covid-19 varian JN.1.
Di China, pada awal November dari kasus Covid-19 yang mulanya empat persen menjadi sekitar 30 persen pada awal Desember 2023. Pada 10 Desember, varian tersebut telah terdeteksi setidaknya di 40 negara seluruh dunia.
Sementara itu di Singapura, menurut data dari Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) jumlah perkiraan infeksi Covid-19 meningkat dua kali lipat menjadi 22.094 pada 19-25 November, dibandingkan dengan 10.726 pada minggu sebelumnya.
Angka kasus Covid-19 yang kembali tinggi di beberapa negara tentu saja mengkhawatirkan. Apalagi kini varian baru JN.1 sudah masuk Indonesia dan terdeteksi empat orang terinfeksi varian ini. Lantas apa suh penyebab terjadinya lonjakan kasus Covid-19 di beberaoa negara termasuk Indonesia?
“Perubahan cuaca, orang sakit flu,” ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakut Menular Kementerian Kesehatan RI, dr Imran Pambudi MPHM.
Dokter Imran mengatakan Covid-19 varian JN.1 ini masih dalan turunan omicron, sehingga gejalanya fatalitasnya rendah. Hal itu juga membuat gejala dari penderita tidak terlalu parah
“Tapi karena sudah sangat ringan variasi gejalanya jadi nggak ada keinginan buat periksa,” tuturnya.
Lebih lanjut dr Imran mengatakan meskipun sudah ada varian baru, namun hingga saat ini belum ada paksaan masyarakat untuk melalukan tes Covid-19.
“Kasus yang ditemuin di Bali itu pasien ketauan Covid-19 karena mau melakukan tindakan medis. Tapi kalau orang normal nggak bisa ada keharusan seperti dulu misalnya mau bepergianz Kalau ada gejala dan tes akan masuk, kalau umum nggak ada keharusan untuk tes,” tuturnya.
Meski demikian masyarakat diimbau untuk terus beradaptasi dengan adanya Covid-19 ini. Dokter Imran melihat strainnya masih biasa saja karena masih dalam turunan omicron.
“Tapi harus teta dijaga dan dipantau, begitu ada strain baru kita lakukan kewaspadaan,” katanya.
(Leonardus Selwyn)