Beberapa tahun kemudian, setelah universitas-universitas berikut didirikan. Kemudian didirikan asrama mahasiswa yang berjumlah ribuan kamar. Kemudian Baitul Maal kedua dibangun dan kemiskinan kota Tafahna Al Asyrof hilang karena rakyat telah Sejahtera. Baitul Maal merupakan rumah tempat mengumpulkan atau menyimpan harta.
Setiap kali panen bagus, semua penduduk di kota ini mendapat sayuran gratis. Mereka pun memberikan pelatihan berupa mengelola perkebunan sayur untuk petani muda yang menganggur. Selain itu, petani di wilayah tersebut mampu memproduksi hasil panen yang melimpah hingga dapat ekspor ke negara tetangga.
Dan puncaknya, Ir Sholah menyerahkan 100% keuntungan usahanya kepada Allah SWT sebagai mitra yang kesepuluh itu. Ia menjadi "karyawan" dari mitra kesepuluh dan ingin dibayar sesuai ketentuan Allah, agar ia diberikan keistiqomahan, bahwa ia hanya butuh dan meminta kepada-Nya saja.
Pada akhir hayatnya, setengah juta orang yang hadir dan mengantarkannya menuju peristirahatan. Kebaikan amal jariyahnya terus mengalir dan bermanfaat bagi seluruh orang. Kisah Ir Sholah dari Mesir menjadi catatan sejarah tentang keikhlasan hamba kepada Allah SWT.
(Salman Mardira)