Mengenal Gangguan Pembuluh Darah Aorta, Bisa Sebabkan Kematian Mendadak pada Pasien

Isty Maulidya, Jurnalis
Minggu 29 Oktober 2023 10:00 WIB
Mengenal gangguan pembuluh darah aorta. (Foto: Freepik.com)
Share :

KERUSAKAN jantung atau serangan jantung mendadak seringkali dituduh menjadi penyebab kematian mendadak pada seseorang. Namun faktanya, kematian mendadak bisa juga disebabkan hal lain seperti gangguan pembuluh darah aorta.

Dokter Spesialis Bedah Toraks dan Kardiovaskular dari RS Siloam Lippo Village, Maulidya Ayudika Dandanah, menjelaskan bahwa aorta sendiri merupakan pembuluh darah terbesar di tubuh manusia, yang bertanggung jawab membawa darah beroksigen dari jantung ke seluruh tubuh.

Aorta melintang sepanjang batang tubuh manusia, mulai dari dada hingga perut. Aorta pun memiliki tiga lapisan atau dinding. Lapisan dalam atau tunika intima, lapisan tengah atau tunika media, dan terakhir lapisan luar atau adventitia.

“Lalu, ada tiga jenis kelainan pada dinding Aorta, hal ini dapat menyebabkan konsekuensi yang mengancam jiwa. Ada banyak jenis gangguan pembuluh darah Aorta, mulai dari robekan pada hingga Aneurisma Aorta dimana pendarahan dapat terjadi kapan saja,” tutur dokter Ayu.

Meski sama pentingnya dengan jantung, penderita sering kali baru menyadari adanya gangguan saat sudah kritis. Banyak juga pasien tanpa gejala sama sekali, atau bahkan gejalanya mirip gejala penyakit jantung, seperti nyeri dada dan sesak napas.

Tak hanya itu, gejalanya juga bisa timbul sesuai lokasi aorta yang rusak misalnya jika kerusakan aorta terjadi di perut gejalanya bisa saja mirip penyakit tukak lambung.

"Ada tiga jenis kelainan pada dinding Aorta. Pertama, Aneurisma Aorta, kelainan ini merupakan kelemahan pada dinding Aorta. Sehingga Aorta dapat menggembung dan dapat menjadi ruptur atau diseksi. Lalu ada Ruptur Aorta, kelainan ini akibat dari robeknya ketiga lapisan Aorta. Sehingga darah keluar dari Aorta dan menyebabkan pasien kehabisan darah. Ini sangat berakibat fatal,” ujar Ayu.

Meski gejalanya mirip dengan penyakit lain, dr. Ayu menambahkan gejala-gejala tersebut harus disertai dengan pemeriksaan menggunakan alat radiologi. Oleh karena itu, jika memiliki masalah penyakit yang tidak kunjung sembuh harus memiliki kesadaran untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

“Diagnosis penyakit ini dapat ditemukan dengan menggunakan bantuan alat radiologi CT Scan. Makanya kalau misal ada pasien mengeluhkan gejala yang sama dalam jangka waktu lama seperti maag, sudah berobat, ubah pola makan tapi tidak sembuh juga, maka disarankan untuk pemeriksaan lebih lanjut," ujar Ayu.

Menurut Ayu, diseksi Aorta bisa mematikan bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Menurutnya, selain itu dapat menimbulkan komplikasi berupa stroke, kerusakan katup Aorta, hingga kerusakan organ tubuh lain.

Pada gangguan diseksi Aorta, bila ditangani secepat mungkin atau kurang dari 24 jam, maka angka kematiannya hanya 10 persen saja. Namun, semakin ditangani misalnya sampai ke hari 30, angka kematiannya akan semakin tinggi, bisa sampai 50 persen.

“Ini diakibatkan dari gangguan aliran darah. Lalu bisa juga menimbulkan penekanan jantung akibat darah yang menumpuk di lapisan Aorta,” katanya.

Sementara itu, untuk penanganan perbaikan gangguan kelainan pembuluh darah Aorta ini adalah operasi. Baik terbuka maupun melalui Teknik minimal invasive atau endovascular. Mulai dari mengganti Aorta dengan Aorta buatan, memasang stent pada Aorta, hingga kombinasi keduanya.

“Tapi tidak semua pasien bisa memilih dengan teknik operasi minimalis, tergantung beberapa faktor. Misalnya usia sudah diatas 50 tahun, kerusakan Aorta sudah parah atau sudah terjadi di beberapa titik, itu menggunakan terbuka,” ucapnya.

Menurutnya, pemberian obat-obatan hanya bisa dilakukan untuk menjaga faktor resikonya saja, agar tidak memperburuk keadaan pasien. Misalnya, pasien disertai kolesterol dan tekanan darah tinggi, maka dia akan diberikan obat untuk menekan kolesterol dan darah tingginya.

“Jadi hanya bersifat untuk mencegah agar keadaan tidak memburuk. Penanganan Aortanya sendiri tetap harus operasi,” katanya.

“Saran saya, rajin MCU pembuluh darah. Kalau tidak ada faktor resiko seperti kolesterol, tekanan darah tinggi, merokok, riwayat keluarga, bisa 5 tahun sekali. Tapi kalau ada riwayat, bisa satu tahun sekali,” ujarnya.

(Leonardus Selwyn)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita Women lainnya