Calon-calon yang tadinya tampak berlawanan dan bermusuhan, bahkan hingga memunculkan perseteruan di
antara para pendukungnya, pada akhirnya malah berada dalam satu kubu. Yang sebelumnya tampak beroposisi, menjadi saling mendukung. Cerita ini sangat tepat dipilih dan disajikan Indonesia Kita menjelang Pilpres 2024. Terutama melihat begitu riuhnya panggung politik di menjelang akhir tahun ini, di mana semua calon seolah-olah berebut tampil di hampir setiap kesempatan dan acara-acara publik termasuk pertunjukan kebudayaan.
“Sebentar lagi ramai pesta elektoral. Kita akan melihat kontestasi para pemimpin untuk mendapatkan panggung pemberitaan. Dan biasanya, pada saat seperti itulah, para pemimpin membutuhkan panggung seni sebagai bagian yang meramaikan panggung politik mereka. Mereka datang ke konser musik, bukan untuk menonton, tetapi agar disorot dan muncul di banyak media. Acara-acara seni banyak digelar dan diadakan dalam keriuhan
politik, tetapi semua itu hanya menjadi cara untuk mengundang dan menghibur massa,” tutur Agus Noor.
Untuk itulah, lakon Indonesia Kita ke- 40 ini bakal menjadi momen warming up bagi publik maupun para kontestan calon presiden sebelum maju berlaga. “Indonesia Kita selalu mencoba berperan sebagai refleksi atas apa yang terjadi di negara ini. Dengan cara budaya, kami berupaya mengingatkan terutama bagi para wakil