SEBUAH penelitian yang dilakukan beberapa universitas menghasilkan gambaran yang mengerikan akan terjadi di 3 negara jika suhu bumi semakin panas 2 derajat celsius.
Penelitian yang dilakukan oleh Penn State College of Health Development, Purdue University College Sciences, dan Purdue Institute for a Sustainable Future itu memberikan gambaran yang mengerikan mengenai pemanasan ekstrem yang terjadi belakangan ini.
Penelitian berjudul Proceedings of the National Academy of Sciences, dikutip Eureka Alert, Kamis (11/10/2023) ini menyebutkan bahwa peningkatan suhu bumi satu derajat dari suhu normal setiap tahun akan membuat miliaran masyarakat bumi terpapar panas dan tidak dapat mendinginkan diri secara alami.
Ilmuwan itu mengatakan, manusia hanya bisa bertahan dari kondisi panas dan kelembaban dalam tingkat tertentu. Apabila kondisi panas yang terjadi melebihi kemampuan adaptasi maka masalah akan terjadi mulai dari serangan panas hingga serangan jantung.
"Miliaran orang akan jadi korban," tulis laporan tersebut.
Dalam laporan itu juga disebutkan ada 3 negara yang akan mengalami mimpi buruk jika pemanasan ekstrem terjadi. Terutama jika pemanasan itu naik dua derajat celsius di atas suhu pra-industri.
Diketahui pada 2015, sebanyak 196 negara di dunia telah menandatangani Paris Agreement. Perjanjian itu berupa upaya setiap negara untuk menjaga kenaikan temperatur bumi 1,5 derajat di atas level pra-industri.
Lalu bagaimana jika hal itu tidak bisa terjadi mengingat kondisi panas ekstrem yang terjadi belakangan ini benar-benar luar biasa?
Hasil studi menunjukkan bahwa kondisi itu akan mengakibatkan wilayah di Pakistan, India, dan China tidak bisa dijadikan tempat hidup. Sebanyak 2,2 miliar penduduk di tiga negara itu akan terdampak besar dari kondisi itu.
Dampaknya makin meluas lagi jika pemanasan bumi mencapai tiga derajat celcius dari standar suhu pra-industri. Beberapa wilayah yang akan sangat sulit dijadikan tempat tinggal, menurut penelitian itu, akan terjadi di Amerika Serikat bagian tengah seperti Florida, New York, Houston, dan Chicago. Berbagai negara di wilayah Amerika Selatan juga akan terkenda dampaknya.
Wilayah-wilayah itu akan mengalami gelombang panas dengan kelembapan tinggi. Gelombang panas dengan kelembaban yang lebih tinggi bisa lebih berbahaya karena udara tidak dapat menyerap kelembapan berlebih.
Hal itu membuat penguapan keringat dari tubuh manusia sangat terbatas. Yang menjadi masalah, kata para peneliti, wilayah-wilayah ini juga berada di negara-negara berpenghasilan rendah hingga menengah, sehingga banyak orang yang terkena dampaknya mungkin tidak memiliki akses terhadap pendingin ruangan atau Air Conditioner (AC) atau cara efektif untuk mengurangi dampak negatif panas terhadap kesehatan.
"Kita akan lebih sering merasakan panas yang mematikan dan tak tertahankan. Jika suhu terus meningkat kita akan hidup di dunia yang mengalami kegagalan panen dan jutaan atau miliaran orang berusaha bermigrasi karena daerah asal mereka tidak dapat dihuni," tegas Daniel Vecellio salah satu peneliti dari Penn State.
(Rizka Diputra)