Kisah Karomah Kiai Kholil Bangkalan, Selembar Kalimat Tahlil Lebih Berat dari Sapi

Diwan Mohammad Zahri, Jurnalis
Rabu 27 September 2023 09:01 WIB
Syaikh KH. Kholil Bangkalan, Madura (Foto: Assalafiyah Brebes)
Share :

NAMA Kiai Muhammad Kholil Bangkalan alias Mbah Kholil Bangkalan sudah sangat masyhur tak hanya di Nusantara namun juga mancanegara. Beliau dikenal sebagai seorang waliyullah yang memiliki banyak karomah atau keistimewaan di luar nalar manusia.

Kiai Kholil Bangkalan sendiri merupakan putra dari dari KH. Abdul Lathif yang lahir pada 27 Januari 1820 di Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur dengan nama Muhammad Kholil.

Kiai Kholil Bangkalan merupakan guru dari KH. Hasyim Asy'ari sang pendiri Nahdlatul Ulama (NU), dan KH. Ahmad Dahlan sang pendiri Muhammadiyah.

Dalam perjalanan hidup Kiai Kholil Bangkalan, sempat belajar kepada Kiai Muhammad Nur di Pondok-pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur pada sekitar 1850-an, ketika usianya menjelang 30 tahun.

Kiai Kholil Bangkalan (Foto: Dunia Santri)

Selepas Langitan, Kiai Kholil Bangkalan belajar ke Pondok Pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan, kemudian ke Ponpes Keboncandi serta kepada Kiai Nur Hasan yang menetap di Sidogiri.

Selanjutnya Kiai Kholil Bangkalan menimba ilmu di Kota Makkah selama belasan tahun. Saat berada di Makkah, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, dia bekerja sebagai penyalin kitab-kitab yang diperlukan oleh para pelajar.

Setelah pulang ke Tanah Air, Kiai Kholil Bangkalan terkenal sebagai ahli nahwu, fiqih, thariqat ilmu-ilmu lainnya.

Ia kemudian mendirikan pondok-pesantren di Desa Cengkebuan, sekitar 1 kilometer arah Barat Laut dari desa kelahirannya. Karena pulang dari Makkah telah berumur lanjut, maka Kiai Kholil Bangkalan tidak turun langsung ke medan perang dan memberontak dengan senjata.

Namun dia mengkaderkan pemuda di pondok pesantren yang diasuhnya untuk berjuang melawan penjajah. Kiai Muhammad Kholil sendiri pernah ditahan oleh penjajah Belanda. Dia dituduh melindungi beberapa orang yang terlibat melawan Belanda di pondok pesantrennya.

Nah, saat itu terlihat karomah Kiai Kholil Bangkalan membuat santri terkaget-kaget. Kompeni Belanda pun dibuat pusing dengan berbagai kejadian yang tidak bisa dimengerti.

Dikisahkan saat itu seorang santri memohon agar Kiai Kholil Bangkalan memimpin doa tahlil di daerah Gresik. Karena bersyukur permintaanya dikabulkan, maka santri tersebut menyembelih seekor sapi untuk shodaqoh.

Ilustrasi (Foto: Freepik)

Namun santri tersebut kecewa saat pelaksanaan tahlil. Sebab, Kiai Kholil Bangkalan hanya membaca kalimat 'Laa Ilaaha Illallah' sebanyak tiga kali, serta ditutup dengan bacaan 'Muhammadurrasulullah' lalu diakhiri dengan doa. Tahlil itu berlangsung sangat singkat dan padat.

Karena penasaran, beberapa hari kemudian si santri menemui Kiai Kholil Bangkalan. Dia kemudian mengutarakan isi hatinya. "Kiai, saya kan sudah menyembelih sapi, masak tahlil hanya tiga kali?" tanya santri tersebut.

Kemudian Kiai Kholil Bangkalan dengan tenang memberi jawaban. "Kamu masih punya satu ekor yang lebih besar kan di rumah? Besok dibawa ke sini ya!" kurang lebih begitulah kata Kiai Kholil, sebagaimana dikutip dari laman dutaislam.

Nah, keesokan harinya santri tersebut kembali lagi menghadap Kiai Kholil dengan menuntun seekor sapi berukuran besar.

"Besar juga ya sapi kamu, lebih besar daripada yang disembelih saat tahlilan kemarin," kata Kiai Kholil sambil menepuk-nepuk sapi.

Santri itu hanya tersenyum dan sedikit bangga mendengar pujian tersebut. Selanjutnya di depan para santri lainnya, Kiai Kholil meminta dibuatkan timbangan besar dari glugu (batang kelapa) dan dibawakan secarik kertas.

Setelah timbangan dari pohon kelapa telah jadi, sapi milik santri ditambatkan di sisi kiri. Timbangan pun timpang, berat sebelah.

Namun yang membuat takjub, Mbah Kholil kemudian menulis kalimat tahlil tiga kali dan kalimat 'Muhammadurrasulullah', yang sama persis saat memimpin tahlil di kediaman santri tersebut.

Kertas tersebut kemudian ditaruh di timbangan sebelah kanan. Ajaibnya, timbangan jadi berat ke sebelah kanan. Sapi gemuk yang ada di sebelah itupun kalah berat dengan selembar kertas yang ditulis kalimat Tahlil oleh Kiai Kholil. Semua santri yang menyaksikan kejadian itupun takjub dan mengakui karomah sang guru.

(Rizka Diputra)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita Women lainnya