SEJUMLAH wanita kalangan gen Z kini memilih melakukan perdarah bebas tanpa pembalut. Lalu apa itu perdarahan bebas?
Perdarahan bebas sejatinya merupakan menstruasi atau haid, namun memilih tidak memakai pembalut. Jadi darah haid dibiarkan mengalir keluar begitu saja tanpai memakai pembalut maupun memakai tampon.
Salah seorang wanita yang mengikuti tren tersebut, Charlee mengatakan, menstruasi tanpa pembalut menurutnya tidak masalah, sehat, dan juga lebih menghemat secara keuangan. Sebab para wanita tak perlu membeli pembalut maupun tampon. Meskipun ya, mereka tidak bisa keluar rumah jika ingin melakukan tren perdarahan bebas. Bahkan sebagian dari mereka yakin menstruasi tanpa pembalut bisa memperbaiki siklus mentruasi.
BACA JUGA:
Dikutip dari Hello Clue, perdarahan bebas sejatinya merupakan gerakan yang diciptakan untuk menjadikan wanita yang sedang menstruasi merasa bebas dan tidak merasa terganggu akibat harus menggunakan pembalut, tampon, maupunalat untuk menunjang fase menstruasi itu sendiri.
Perdarahan bebas sendiri merupakan sebuah gerakan yang sudah bisa dibilang cukup lama dan gerakan ini diciptakan atas dasar kepedulian terhadap tingginya tingkat kemiskinan yang kini merajalela.
Perdarahan bebas pertama kali muncul dan dibahas pada 2004 oleh seorang perempuan bernama Sarah di Blog pribadinya. Sarah membahas mengenai noda darah yang muncul akibat menstruasi, dalam blog pribadinya ia membagikan pengalamannya ketika ia merasa lebih bebas saat tidak menggunakan pembalut dalam masa menstruasi.
Sarah menjelaskan, tidak masalah ketika kamu merasa tidak nyaman ketika merasa wajib untuk menampung darah yang keluar dari tubuhmu, rasa tidak nyaman itulah yang mendorong sarah untuk menikmati masa menstruasinya dengan tidak menggunakan pembalut.
BACA JUGA:
Tidak sampai disitu saja, pembahasan mengenai ‘perdarahan bebas’ semakin meluas hingga akhirnya menjadi sebuah gerakan kepedulian. Awal mula tren ‘perdarahan bebas’ merupakan sebuah ungkapan ketidaknyaman yang dirasakan oleh pribadi, namun ternyata hal ini memiliki dampak yang cukup besar yang dimana pada pada 2015 sebuah gerakan muncul dengan menunjukkan aliran darah dari fase menstruasi mereka sebagai bentuk solidaritas terhadap mereka yang menderita kemiskinan dan ketidaksetaraan gender di seluruh dunia.
Tidak banyak orang tahu bahwa banyak perempuan di berbagai belahan dunia yang menderita ketika mengalami menstruasi namun tidak mampu membeli pembalut atau produk penunjang menstruasi. Menggunakan pembalut atau benda yang mampu menampung darah saat menstruasi merupakan sebuah kewajiban untuk setiap perempuan. Namun, dalam kenyataannya tidak sedikit dari mereka yang masih kesulitan untuk mendapatkan pembalut.
Tak hanya sebagai gerakan kepedulian terhadap kemiskinan, tren ini juga ditujukan terhadap kepedulian perempuan-perempuan dunia terhadap pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah pembalut dan sejenisnya. Masih sedikit alternatif produk yang ramah lingkungan untuk menunjang menstruasi dan sebagain besar produk pembalut berakhir menjadi limbah dan mencemari lingkungan.
Kini sudah banyak perempuan yang ikut menjalani tren ini meraka mendapatkan pengalaman yang menakjubkan. Mereka merasa bahwa ketika tidak menggunakan pembalut saat menstruasi selain merasa lebih nyaman, mereka juga merasa bahwa siklus haid yang mereka jalani lebih teratur dan mengurangi masalah kram perut yang ditimbulkan akibat menstruasi. Namun, belum ada penelitian medis yang membenarkan hal ini.
(Dyah Ratna Meta Novia)