KEMERDEKAAN Indonesia yang diperoleh dengan susah payah menyimpan banyak cerita menarik di baliknya.
Salah satu yang paling diingat ialah penculikan terhadap dua tokoh proklamator, yakni Presiden Soekarno dan wakilnya Mohammad Hatta.
Keduanya 'diamankan' para pemuda yang mendesak mereka mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
(Foto: dok. RS)
78 tahun berlalu, rumah tempat 'persinggahan' Soekarno-Hatta di Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat itu sampai saat ini masih tegak berdiri.
Tak keterangan apapun yang menjelaskan tentang rumah yang dibangun pada tahun 1920 ini. Saat memasukinya hanya terdapat tulisan 'Rumah Sejarah', yang sesuai namanya memang menjadi saksi sejarah tegaknya kedaulatan bangsa Indonesia. Di sinilah Presiden Soekarno dan Bung Hatta bermalam setelah diculik para pemuda.
(Foto: dok. John Tri Edys)
“Rumah ini jadi tempat singgah waktu penculikan Soekarno-Hatta, mungkin karena rumah engkong (kakek) gede ya waktu itu, terus tertutup karena bukan dari bilik dan jarak ke jalannya juga jauh,” kata salah seorang cucu Djauw Kie Siong, sang pemilik rumah mengawali cerita.
Saat memasuki bagian dalam, terpampang foto Bung Karno, Bung Hatta, dan para pemuda serta pemilik rumah yang berjasa dalam meraih kemerdekaan Indonesia saat itu.
Di sebuah meja tengah deretan foto itu, ada sebuah buku tamu. Kendati terlihat begitu sederhana jika dibandingkan bangunan masa kini, rumah ini terlihat bersih dan tetap terawat. Beberapa plakat penghargaan pun menghiasinya.
(Foto: dok. Mochamad Diaz Alichsan)
Adapun di bagian kiri-kanan meja terdapat pintu yang menghubungkan ruang tamu dengan kamar. Kamar di sebelah kanan berisi tempat tidur kuno lengkap dengan kelambunya.
Di sinilah sang putra fajar pernah beristirahat. Sementara, kamar bagian kiri terlihat lebih sederhana, yang menjadi tempat transit Bung Hatta kala itu.
Iin bercerita, saat itu kakeknya tidak mengetahui kedatangan para pemuda yang membawa Soekarno-Hatta. Dirinya hanya diminta untuk pindah karena kabarnya akan ada puluhan orang yang datang.
(Foto: dok. Selvie Fadhilah)
“Semuanya bagian bangunan yang depan ini asli, hanya bagian blandongan di kiri-kanannya sudah tidak ada. Desainnya juga dipertahankan sampai sekarang, hanya bagian belakangnya yang direnovasi dan jadi tempat tinggal,” sebutnya.