Pengembangan pariwisata di Kotabaru justru diyakini dapat meningkatkan kesadaran seluruh elemen di kawasan tersebut untuk menjaga dan merawat kawasan cagar budaya termasuk merawat bangunan yang menjadi keunikan kawasan.
"Dengan branding yang baru saja diluncurkan, maka diharapkan dapat mengoptimalkan proses pelestarian budaya. Pelestarian dilakukan dengan memperkuat pemanfaatan kawasan karena seluruh elemen menyadari bahwa daya tarik utama Kotabaru adalah pada sisi heritage-nya," kata Yetti.
Di beberapa bangunan pun sudah diberi penanda dan narasi agar wisatawan maupun masyarakat memahami kisah yang pernah terjadi di bangunan tersebut. "Bangunan lain juga akan kami lengkapi dengan narasi-narasi yang bisa memberikan informasi lebih luas ke wisatawan," katanya.
Pemerintah Kota Yogyakarta juga sudah memiliki aturan terkait izin pembangunan yang harus dipenuhi di kawasan cagar budaya. Setiap perencanaan pembangunan atau rehabilitasi gedung harus didasarkan pada rekomendasi agar bangunan tidak menyimpang dari arsitektur asli.
Sementara itu, peluncuran branding untuk kawasan Kotabaru dimulai setelah infrastruktur dan fasilitas umum terpenuhi, salah satunya dengan melakukan revitalisasi pedestrian di kawasan tersebut yang dimulai 2018 dan berakhir 2022 yaitu di Jalan Suroto dan berlanjut ke Jalan Jenderal Sudirman.
Dukungan infrastruktur dinilai menjadi bagian penting dalam upaya mengembangkan kawasan.
"Di kawasan Kotabaru ini akan dikembangkan wisata alternatif yang sifatnya premium. Bukan kami tidak menjaga budaya tradisi, tetapi hal itu bisa dikembangkan di kawasan cagar budaya lain yang dinilai lebih sesuai," kata Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya.
Selain Kotabaru, Pemerintah Kota Yogyakarta juga sudah menyiapkan rencana branding untuk dua kawasan cagar budaya lain yaitu Pakualaman dan Kotagede yang akan dilakukan tahun depan.
"Sama seperti Kotabaru, branding baru akan dilakukan jika dukungan infrasturktur dinilai sudah siap," kata Aman.
Untuk di kawasan Pakualaman, saat ini sedang dilakukan revitalisasi Pasar Sentul. Revitalisasi pasar tradisional tersebut juga ditujukan untuk memindahkan pedagang yang selama ini berjualan di Alun-Alun Sewandanan yang berada tepat di depan Pura Pakualaman.