SIAPA yang tak sebal jika memiliki atasan, alias bos yang ‘toxic’, atau dengan kata lain orang dengan perilaku negatif dan menimbulkan gangguan di lingkungan sekitarnya?
Perilaku bos atau atasan yang toxic, memang bisa sangat mengganggu dan merusak suasana dan lingkungan kerja, kinerja pegawai, termasuk timnya sendiri.
Selain bisa berpengaruh pada pekerjaan, kondisi tak sehat ini juga bisa berdampak negatif untuk kesehatan mental. Setidaknya tiga dari lima karyawan, mengaku bahwa aspek pekerjaan memang memengaruhi kesehatan mental mereka karena mempunyai seseorang yang toxic sebagai pemimpin atau bos di tempat kerja.
Penelitian membuktikan bahwa seorang pemimpin toxic, bisa memengaruhi kesehatan mental para karyawannya dan membuat level stress jadi meningkat, Nah, stress inilah yang diungkap kata pakar kesejahteraan, Profesor Simon L. Dolan PhD, bisa menjadi akar dari semua jenis penyakit umum dan mematikan, dilansir dari The Sun, Minggu (19/3/2023).
Tak main-main, penyakit tersebut meliputi seperti serangan jantung, diabetes, asma, kanker, kecemasan, depresi, insomnia, kehilangan ingatan, dan bahkan penuaan dini.
Akibatnya, karyawan yang punya atasan atau bos toxic akan mengalami masalah dalam interaksi. Contohnya, cenderung tidak bersemangat, murung, malas bekerja, dan merasa kerja di bawah tekanan. Selain mengganggu kesehatan mental karyawan, kehadiran atasan toxic yang negatif juga menciptakan budaya kerja negatif dan lingkungan yang tidak sehat.
Menurut Profesor Simon, ada enam karakteristik dasar dari seorang pemimpin yang toxic, yakni;
1. Iri dengan kesuksesan tim mereka
2. Terlalu kompetitif
3. Tak mau menerima saran dan kritik
4. Selalu ingin dipandang bagus
5. Kerap membandingkan kemampuan dirinya dengan orang lain
“Disadari atau tidak pemimpin yang toxic, merupakan orang yang menyalahgunakan otoritasnya dan melanggar kepercayaan untuk memuaskan egonya sendiri, ” jelas Profesor Simon.
(Rizky Pradita Ananda)