Menengok Keagungan Puja Mandala, Wisata Spritual juga Simbol Kerukunan Umat di Bali

Antara, Jurnalis
Minggu 19 Maret 2023 14:05 WIB
Puja Mandala di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali. (Foto: ANTARA/Nadya Putri Alifia)
Share :

BALI sudah terkenal sebagai pulau dengan pemandangan indahnya yang menjadi kemudian menjadi tujuan wisata favorit. Selain itu keberagaman budayanya yang unik juga tidak kalah menarik dari wilayah yang dikenal sebagai Pulau Dewata itu.

Selain dikenal dengan sebutan Pulau Dewata, Bali juga memiliki julukan lain, yaitu Pulau Seribu Pura. Hal ini merupakan cerminan dari mayoritas penduduknya yang beragama Hindu, sehingga di setiap sudut wilayah dapat dijumpai bangunan pura sebagai tempat peribadatan.

Meski mayoritas beragama Hindu, masyarakat Bali memiliki sikap toleransi yang tinggi dengan umat beragama lain.

 BACA JUGA:

Berdasarkan Indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB) yang dirilis oleh Kementerian Agama tahun 2021, Bali masuk sebagai provinsi yang memiliki Indeks KUB tertinggi dengan skor 77,95 persen, melampaui rata-rata nasional 72,39 persen.

Kerukunan antarumat beragama di Bali ini pun dapat dilihat secara nyata di Puja Mandala yang kini jadi destinasi wisata budaya spiritual yang memikat pengunjung domestik maupun internasional.

Puja Mandala adalah sebuah pusat peribadatan dengan lima rumah ibadah berbeda yang berada di dalam satu area kompleks.

5 rumah ibadah dari 5 agama di Puja Mandala, Nusa Dua, Bali (ANTARA)

Tempat ini berlokasi di Nusa Dua, Bali. Dengan jarak sekitar 23 km dari pusat Kota Denpasar, atau sekitar 12 km dari Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai.

Puja Mandala berasal dari kata “Puja” yang berarti Pemujaan dan “Mandala” adalah areal. Sehingga Puja Mandala dapat diartikan sebagai areal pemujaan.

 BACA JUGA:

Lima rumah ibadah yang disebutkan itu, antara lain adalah Masjid Agung Ibnu Batutah, Gereja Katolik Paroki Maria Bunda Segala Bangsa, Vihara Buddha Guna, Gereja Kristen Protestan Bukit Doa dan Pura Jagat Natha.

“Kenapa lima? Kenapa tidak enam? Karena pada saat Puja Mandala ini dibangun dan diresmikan, Khonghucu belum dilegalkan oleh pemerintah,” kata Ketua Paguyuban antar-Umat Beragama Kompleks Puja Mandala Wayan Solo.

Puja Mandala mulai dibangun 1994 dan diresmikan pada 22 Desember 1997, dihadiri oleh Menteri Agama Tarmizi Thaher, Gubernur Bali Ida Bagus Oka serta kalangan tokoh masyarakat dan para pemuka agama di Bali.

 

Khonghucu baru diakui sebagai agama resmi di Indonesia pada tahun 2000 saat Presiden Abdurahman Wahid mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000 tentang Pencabutan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967.

 BACA JUGA:

Awal mula

Serangkaian dengan pelaksanaan rencana pembangunan kawasan pariwisata internasional di Nusa Dua oleh Bali Tourism Development Corporation (BTDC) yang saat ini berubah menjadi Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), mengundang investor untuk membangun hotel serta mengelola dan memelihara kawasan pariwisata Nusa Dua.

Wayan Solo berpendapat bahwa pembangunan pariwisata perlu juga didukung dengan adanya pembangunan mental spiritual untuk masyarakat, sehingga ini menjadi dasar pemikiran tercetusnya Puja Mandala.

Kemajuan pariwisata identik dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), sehingga terbangunnya pariwisata internasional Nusa Dua itu perlu diimbangi dengan adanya untuk penguatan iman dan takwa.

Puja Mandala dibangun di atas lahan seluas 2,5 hektare di Desa Kampial yang merupakan lahan milik ITDC.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita Women lainnya