PERINGATAN Hari Obesitas Sedunia diperingati pada tanggal 4 Maret di setiap tahunnya, menjadi momentum untuk menyebarkan kepedulian lebih meluas lagi di masyarakat terkait kondisi obesitas.
Tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan awareness, tapi juga mendorong advokasi, meningkatkan kebijakan, dan berbagi pengalaman terkait kondisi obesitas. Pada momen peringatan Hari Obesitas Sedunia tahun ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membawa pesan terkait penderita obesitas.
WHO mendorong dan mengimbau,masyarakat global tak lagi mempermalukan, mengolok-ngolok atau menyalahan orang dengan obesitas. Mengingat, kondisi kelebihan berat badan ini, merupakan kondisi gangguan kesehatan yang bukan hanya akibat gaya hidup semata. Jauh lebih dari itu, WHO menyebut kondisi ini adalah sebetulnya sesuatu yang begitu kompleks.
"Banyak orang masih tidak sepenuhnya paham akan akar penyebab obesitas. Padahal, penyebab masalah ini sangatlah kompleks, bukan hanya akibat gaya hidup yang salah atau tak sehat,” dikutip dari laman resmi WHO, Senin (6/3/2023).
Akar penyebab obesitas memang kompleks, karena bisa melibatkan faktor makanan, gaya hidup, genetik, psikologis, sosial budaya, ekonomi, bahkan lingkungan.
BACA JUGA:
"Sudah saatnya kita semua memutus siklus rasa malu dan menyalahkan pengidap obesitas. Sebaiknya, bersama-sama kita atasi masalah kesehatan yang kompleks ini," pesan WHO.
BACA JUGA:
Dalam upaya mengentaskan masalah obesitas, WHO mengimbau untuk melakukan pembatasan pemasaran makanan dan minuman berlemak tinggi, gula tinggi, atau pun juga garam tinggi terutama kepada anak-anak dan jangan ragu juga untuk mengajarkan kebiasaan sehat kepada anak-anak sejak mereka masih kecil.
Menurut WHO, pemerintah negara-negara di dunia juga perlu menetapkan pajak yang tinggi pada minuman manis, penyediaan akses yang lebih baik ke makanan sehat yang harganya lebih terjangkau.
Ditambah dengan memastikan di seluruh penjuru kota di negaranya, ada ruang bagi pejalan kaki, bersepeda, dan rekreasi yang aman. Sehingga masyarakat terbiasa bergerak aktif dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
(Rizky Pradita Ananda)