Rendahnya cakupan vaksinasi, menurut Prof Tjandra, tak ditampik memang berhubungan dengan situasi pandemi Covid-19 yang membuat jadwal program imunisasi jadi banyak terlewat.
"Ketika masih bertugasjadi Direktur Penyakit Menular di WHO Asia Tenggara, pada pertengahan 2020 kita sudah mengingatkan negara-negara agar tetap menjaga cakupan imuninasi di masyarakat dan juga tetap melaksanakan pelayanan kesehatan esensial yang lainnya," terang pria yang juga merupakan papar Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tersebut.
Melihat KLB difteri di Kabupaten Garut tersebut, didorong karena rendahnya imunisasi di masyarakat, Prof Tjandra menuturkan ada tiga solusi yang bisa dilakukan sebagai langkah cepat dari pemerintah untuk mengatasi masalah rendahnya cakupan vaksinasi difteri ini.
BACA JUGA:KLB Difteri di Garut, Dinkes Jabar: Rendahnya Imunisasi
BACA JUGA:Orangtua Jangan Abai! Campak, Rubella, Difteri Masih Intai Anak-Anak
"Supaya cakupan (vaksinasi) tinggi, harus tingkatkan 3 hal. Pertama tenaga kesehatan terampil, vaksin dan alat-alatnya seperti cold chain dan lainnya. Terakhir harus berupaya terus menerus mengatasi kelompok masyarakat yang menolak divaksin," pungkasnya.
(Rizky Pradita Ananda)