2,4 Juta Remaja Terdiagnosis Alami Gangguan Mental, Kenapa?

Muhammad Sukardi, Jurnalis
Jum'at 30 Desember 2022 07:00 WIB
Ilustrasi, (Foto: Freepik)
Share :

SURVEI Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) memperlihatkan, sekitar 2,45 juta remaja Indonesia terdiagnosis gangguan mental dalam 12 bulan terakhir.

Artinya, di lingkungan sekitar kita banyak anak muda yang ternyata mengalami masalah kesehatan mental. Fakta yang tak boleh dianggap sebelah mata.

Pada waktu yang sama, mungkin timbul pertanyaan sekarang, memang kenapa sih banyak remaja Indonesia yang mengalami gangguan mental? Menurut Dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR) Margaretha, salah satu faktornya bisa dilihat dari segi usia.

Usia remaja merupakan masa transisi menuju kehidupan dewasa, pada usia 15-18 tahun, ada jenis gangguan kesehatan mental yang umumnya terjadi yaitu menyangkut persoalan orientasi seksual dan gangguan kepribadian.

"Saat masa transisi, memang secara khas ada pergolakan, jadi kalau punya masalah tersamarkan dengan proses pergolakan tersebut," kata Margaretha dikutip  dari laman resmi UNAIR, Kamis (29/12/2022).

"Nah, akhirnya yang benar-benar punya persoalan kesehatan mental atau gangguan kesehatan mental tidak tertolong, dan berkembang jadi masalah yang lebih berat," sambungnya.

Dijelaskan lebih lanjut, masalah lain yang membebani remaja terkait kesehatan mental adalah para remaja ini terbatas dalam mengakses layanan kesehatan mental, karena masih bergantung pada orang tua.

"Di sisi lain, banyak orangtua yang kurang peka terhadap kesehatan mental bahkan tidak memberikan bantuan kepada anak remajanya," ungkap Margaretha.

Maka, solusi dari masalah ini, katanya, adalah memperkuat peran keluarga sebagai tempat perlindungan anak yang utama. Namun harus seiring dengan kesadaran dan kepedulian orangtua terhadap isu kesehatan mental remaja.

Ketika keluarga tak bisa menjalankan peran tersebut, temuan riset I-NAMHS juga menunjukkan bahwa 20 persen dari keluarga umumnya akan mencari bantuan dari pihak ketiga, seperti pihak di sekolah, tempat ibadah, serta komunitas.

 BACA JUGA:Apakah Terdapat Hubungan Antara Overthinking dengan Mental Illness?

BACA JUGA:Ini Dampaknya Tidur Hanya 5 Jam dalam Sehari, Awas Terkena Penyakit Kronis

Ya, sekolah menjadi tempat para orang tua dalam mencari bantuan terkait kesehatan mental remaja. Inilah kenapa penting sekolah harus meningkatkan literasi kesehatan mental kepada pendidik, menyediakan layanan seperti pelajaran pengelolaan stres, serta tak perlu ragu untuk merekomendasikan siswa ke pihak profesional apabila memang situasinya di luar kemampuan.

"Kalau kita sebagai orangtua dan pendidik bisa membantu menurunkan jumlah remaja yang alami gangguan mental. Tentunya, saat dewasa bisa mengurangi biaya yang harus dikeluarkan untuk mencari pengobatan, dan akhirnya bisa menciptakan masyarakat yang lebih produktif," jelas Margaretha.

(Rizky Pradita Ananda)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita Women lainnya