MARAKNYA kasus gangguan ginjal akut yang saat ini ramai di Indonesia, masih terus jadi perhatian masyarakat terutama para orang tua yang memiliki anak-anak usia 0 sampai 18 tahun. Apalagi jika dilihat dari data pasien, penyakit ini didominasi oleh anak usia di bawah lima tahun.
Sejauh ini pemerintah mengungkapkan, faktor terkuat dugaan penyebabnya adalah karena cemaran zat berbahaya Etilen Glikol (EG), Dietilen Glikol (DEG), dan Etilen Glikol Butyl Ether (EGBE) yang berada dalam obat sirop.
Tak heran, Badan Pengawas Obat dan Makanan serta Kementerian Kesehatan RI, melakukan penarikan obat sirop dan mengeluarkan larangan konsumsi obat cair untuk sementara waktu kepada masyarakat.
Namun jika dilihat lebih jauh, adakah dugaan penyebab lain dari gangguan ginjal akut selain karena cemaran Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG)?
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dr. Dwi Octavia T.L.H., M.Epid, menyebutkan dari hasil penelusuran tim, awalnya mereka sempat mencari tahu apakah gangguan ginjal akut ini disebabkan oleh infeksi Covid-19 atau penyebab lainnya.
" Oktober awal, sebelum mengetahui intoksikasi EG/DEG sebagai dugaan utama, waktu itu kita cari kemungkinan lain. Kita cari apakah peningkatan kasus itu karena faktor long covid atau atau faktor lainnya," ujar dr. Dwi dalam acara Workshop "Kenali Gagal Ginjal Akut”, di Jakarta, baru-baru ini.