KISRUH rumah tangga Lesti Kejora dan Rizky Billar berujung damai. Lesti memilih untuk memaafkan sang suami yang sudah melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) kepadanya.
Sebuah hal yang tak terduga dari kasus Lesti-Billar. Ini membuat netizen ramai memperbincangkan stockholm syndrome. Yaitu sebuah perubahan yang terjadi pada psikologis manusia, dimana setelah melewati rasa ketakutan yang amat sangat, ia kemudian merasakan rasa simpati pada pelaku kejahatan.
Dikutip dari WebMD, Stockholm syndrome merupakan bentuk mekanisme koping (Coping Mechanism) untuk melindungi diri dari trauma.
Rasa lelah untuk melawan kondisi juga bisa menjadi penyebab munculnya sindrom ini. Stockholm syndrome, adalah bentuk pemakluman atas perbuatan jahat yang dilakukan pelakunya, sehingga menimbulkan rasa empati.
Sindrom ini bahkan juga bisa dialami oleh korban kekerasan itu sendiri. Seperti yang dialami Lesti Kejora yang memaafkan Billar.
Sayangnya, sejauh ini belum ada penelitian lebih lanjut mengapa orang yang menjadi korban kekerasan bisa bersimpati terhadap pelaku kejahatan.
Dalam perkembangan awalnya, seseorang yang mengalami kondisi ini menjadi terikat dengan penculiknya dan mungkin mengalami perasaan cinta, empati, atau keinginan untuk melindungi penculiknya.
Orang yang disandera atau korban kekerasan juga sering mengembangkan perasaan negatif terhadap polisi atau pihak lain yang mencoba menyelamatkannya. Dari studi peristiwa ini, para peneliti menyimpulkan penyebab untuk menjelaskan fenomena tersebut.
Seseorang yang mengembangkan sindrom ini sering mengalami gejala stres pasca trauma, mimpi buruk, insomnia, kilas balik peristiwa, kecenderungan untuk mudah terkejut, kebingungan, dan kesulitan mempercayai orang lain.
Dari perspektif psikologis, fenomena ini bisa dipahami sebagai mekanisme bertahan hidup. Bahkan, dalam situasi penyanderaan, korban bisa bertindak seolah-olah mereka mengalami Stockholm syndrome untuk meningkatkan peluang bertahan hidup.
(Vivin Lizetha)