5 Tradisi Idul Adha di Berbagai Daerah Indonesia

Intan Afika Nuur Aziizah, Jurnalis
Sabtu 09 Juli 2022 18:30 WIB
Tradisi Grebeg Besar saat Idul Adha (dok ANTARA)
Share :

3. Grebeg Gunungan, Yogyakarta

Tradisi Grebeg Gunungan yang dirayakan oleh masyarakat Yogyakarta hampir mirip dengan tradisi Apitan dari Semarang. Warga muslim Yogyakarta akan mengarak hasil bumi dari halaman Keraton sampai Masjid Gede Kauman.

Tradisi grebeg identik dengan keberadaan gunungan yang dijadikan simbol kemakmuran Keraton Yogyakarta. Gunungan yang dimaksud adalah makanan dalam jumlah besar dari berbagai hasil bumi yang nantinya dibagikan kepada masyarakat.

Secara spesifik, arak-arakan hasil bumi ini berjumlah 3 buah gunungan yang tersusun dari rangkaian sayur-mayur dan buah. Tidak hanya Idul Adha, tradisi ini dilaksanakan setiap hari besar agama Islam. Grebeg Syawal dilaksanakan saat Idul Fitri, sedangkan tradisi Grebeg Gunungan dilaksanakan pada perayaan Idul Adha. Masyarakat setempat percaya, apabila berhasil mengambil hasil bumi yang disusun dalam bentuk gunungan, bisa mendatangkan rezeki.

4. Tradisi Gamelan Sekaten, Cirebon

Tradisi Gamelan Sekaten merupakan salah satu tradisi yang selalu digelar di Keraton Kasepuhan Cirebon saat perayaan hari besar agama Islam, yakni Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Keberadaannya tak lepas dari peran Wali Songo, khususnya Sunan Gunung Jati yang menyebarkan Islam di tanah Cirebon lewat kesenian.

Konon, kala itu masyarakat yang menonton gamelan harus membayar namun bukan dengan uang, melainkan dua kalimat syahadat atau syahadatain. Karena itu, gamelan itu disebut Sekaten karena berasal dari kata syahadatain.

Sesuai namanya, setiap perayaan hari besar agama Islam, gamelan di area Keraton Kasepuhan Cirebon akan dibunyikan. Alunan gamelan tersebut menjadi penanda bahwa Muslim di Cirebon tengah merayakan hari kemenangan. Biasanya, gamelan dibunyikan sesaat setelah Sultan Keraton Kasepuhan keluar dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

5. Tradisi Manten Sapi, Pasuruan

Tradisi Manten Sapi yang dilakukan masyarakat Pasuruan merupakan bentuk rasa syukur dan penghormatan kepada hewan kurban yang akan disembelih. Menariknya, sebelum dikurbankan, sapi-sapi tersebut akan didandani secantik mungkin bak pengantin. Hewan tersebut juga dikalungkan bunga tujuh rupa, lalu dibalut dengan kain kafan, serban, dan sajadah.

Pada tradisi ini, kain kafan menjadi tanda kesucian orang yang berkurban. Setelah didandani, semua sapi akan diarak menuju masjid setempat untuk diserahkan kepada panitia kurban. Selanjutnya, daging kurban tersebut akan diolah dan disantap bersama-sama oleh warga. Unik, ya?

(Kurniawati Hasjanah)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Telusuri berita Women lainnya