Asal mula penamaan Istiqlal
Nama Istiqlal sendiri diambil dari bahasa Arab yang berarti merdeka, sebagai simbol dari rasa syukur bangsa Indonesia atas kemerdekaan yang dinaugerahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Presiden Soekarno lantas menyambut baik ide tersebut. Ia mendukung berdirinya yayasan Masjid Istiqlal dan kemudian membentuk Panitia Pembangunan Masjid Istiqlal (PPMI).
Pada 24 Agustus 1961, masih dalam bulan yang sama perayaan kemerdekaan Indonesia menjadi tanggal yang paling bersejarah bagi umat muslimin di Jakarta khususnya, dan Indonesia umumnya. Untuk pertama kalinya, di bekas taman itu, kota Jakarta akan dibangun sebuah masjid besar.
Masjid yang dimaksudkan sebagai simbol kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Padanan katanya dalam bahasa Arab berarti merdeka dan disepakati diberi nama Istiqlal sehingga jadilah, Masjid Istiqlal.
Masjid Istiqlal yang berdiri di bekas Taman Wilhelmina, sisi Timur Lapangan Medan Merdeka merupakan salah satu dari 10 masjid terbesar di dunia yang dapat menampung lebih dari 200.000 jamaah. Di seberang Timur Masjid Istiqlal berdiri Gereja Katedral Jakarta.
Pembangunan Masjid Istiqlal diprakarsai Presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno (Bung Karno). Pada tahun 1955, Bung Karno mengadakan sayembara pembuatan desain maket Masjid Istiqlal. Sebanyak 22 dari 30 arsitek lolos persyaratan.
Bung Karno sebagai Ketua Dewan Juri kemudian mengumumkan nama Friedrich Silaban sebagai pemenang sayembara arsitek Masjid Istiqlal. Bung Karno menjuluki Friedrich Silaban sebagai By the Grace of God karena memenangkan sayembara itu.
Sekilas mengenai Friedrich Silaban, ia merupakan seorang penganut Kristen Protestan asal Sumatera Utara. Friedrich Silaban merupakan anak kelima dari pendeta gereja tradisionalis Lutheran injili yang berasal dari Huria Kristen Batak Protestan bernama Pdt Jonas Silaban.
Pria kelahiran 16 Desember 1912 itu termasuk arsitek generasi awal di Indonesia. Dalam buku berjudul 'Rumah Silaban; Saya adalah Arsitek, tapi Bukan Arsitek Biasa,' disebutkan, karier Silaban di dunia arsitek diawali saat bersekolah di Jakarta.
Seiring perputaran waktu, Friedrich Silaban terkenal dengan berbagai karya besarnya di dunia arsitektur dan rancang bangun. Di antaranya yang paling membanggakan ialah Gerbang Taman Makam Pahlawan Kalibata (1953), Kantor Pusat Bank Indonesia (1958), Tugu Monas Jakarta (1960), Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta (1962), Markas TNI Angkatan Udara Jakarta (1962), Gedung Pola Jakarta (1962), serta Monumen Pembebasan Irian Barat Jakarta (1963). Sang arsitek pun mengembuskan napas terakhirnya pada 14 Mei 1984.
(Kurniawati Hasjanah)