Ratusan orang kru film datang ke dusun tersebut membawa peralatan lengkap untuk syuting. Tiga rumah warga sempat digunakan sebagai lokasi posko termasuk rumahnya juga digunakan untuk kumpul kru dan tempat menginap para artis. Empat rumah warga digunakan sebagai lokasi syuting film yang kini tengah ngehit ini. Empat rumah warga tersebut masing-masing rumah Ngadinah, Ngatimin, Marsono dan Ngadiyo. Namun rumah Ngadiyolah yang digunakan untuk rumah sentra syuting film KKN Desa Penari.
"Wis pokoknya ribet banget. Waktu syuting pas banyak kegiatan warga. Pas garap lahan karena musim tanam, musim hajatan dan juga musim hujan," ujar dia.
Rumah Ngadinah digunakan sebagai lokasi Pak Prabu menyambut KKN dan menjadi posko KKN perempuan. Rumah Ngatimin digunakan untuk Posko KKN lelaki sebelum mereka pindah ke Posko KKN lebih besar. Kemudian rumah Marsono yang dalam syuting digunakan untuk minum kopi pahit tetapi terasa manis.
Rumah Ngatimin digunakan untuk bercengkerama di ruang tengah. Rumah Ngadiyo menjadi sentra utama pengambilan gambar adegan di mana ada warga mengintip Widya namun yang terlihat hanya ular besar, tempat Bayu melempar kepala monyet dan tempat tubuh Bima dan Ayu terbujur kaku sebelum meninggal dunia.
"Rumah-rumah tersebut kini sebagian sudah berubah karena sudah mendapat bantuan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)," ujarnya.
(Kurniawati Hasjanah)