PENGARUSUTAMAAN gender diimplementasikan ke banyak bidang. Salah satunya yaitu dalam kegiatan Rencana Aksi Nasional Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAN KSB).
Dikutip Antara, Sosiolog dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Dr. Tri Wuryaningsih, M.Si mengatakan bahwa pemerintah harus terus memperkuat strategi pengarusutamaan gender di berbagai lini sebagai bagian dari program pembangunan nasional.
"Strategi pengarusutamaan gender diperlukan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender," katanya.
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FISIP Unsoed tersebut mengatakan strategi pengarusutamaan gender dapat diperkuat melalui kebijakan dan program yang memperhatikan berbagai aspek termasuk permasalahan kaum perempuan dan laki-laki dalam seluruh pembangunan di berbagai sektor.
"Hal tersebut merupakan bagian penting dari program pembangunan yang responsif gender," katanya.
Pengarusutamaan gender sangat dibutuhkan agar mempermudah pekerjaan ini. Butuh kolaborasi banyak pihak, antara lain dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), juga United Nations Development Programme (UNDP) Kepala Perwakilan UNDP Indonesia, Norimasa Shimomura mengatakan, tantangan gender di bidang ini harus segela selesai.
Ia juga menggarisbawahi dukungan kuat UNDP untuk implementasi strategi Gender dan Inklusi Sosial (GESI) dalam program-programnya.
“Untuk pertama kalinya, kesepakatan tingkat tinggi yang membahas tantangan gender di sektor kelapa sawit telah tercapai. Keputusan berani ini tentu akan membuka jalan bagi kesetaraan gender untuk menjadi episentrum wacana kelapa sawit berkelanjutan,” katanya dalam keterangan resmi.
Deputi Kesetaraan Gender Kementerian PPPA Lenny Rosalin, juga menyoroti pentingnya perlindungan dan peningkatan kapasitas bagi perempuan di sektor kelapa sawit berkelanjutan. Menurut dia, komoditas kelapa sawit telah menjadi salah satu penyumbang terbesar bagi perekonomian Indonesia.
"Upaya ini dilakukan untuk memberikan narasi yang mendalam tentang strategi sensitif gender dalam skema sertifikasi tersebut," tutupnya.
(Helmi Ade Saputra)