Selain itu, sempat terjadi peristiwa yakni hilangnya 16 orang pendaki yang memulai pendakian di sekitar wilayah tersebut. Para pendaki tersebut berhasil ditemukan, akan tetapi hanya satu orang yang selamat dari tragedi tersebut. Para pendaki tersebut kemungkinan terkena hipotermia saat melakukan pendakian sehingga tidak bisa terselamatkan.
Daerah tempat ditemukannya para pendaki tersebut dikenal sebagai Telogo Batok. Vakumnya jalur pendakian tersebut berdampak pada kondisi jalur yang menjadi tidak terawat dan tidak pernah dilalui lagi oleh para pendaki yang ingin mendaki Gunung Lawu.
Namun, pada tahun 2019 lalu, jalur pendakian Singolangu kembali dibuka setelah dilakukan pembersihan.
Untuk sampai di puncak Gunung Lawu melalui Jalur Klasik Singolangu para pendaki harus menempuh jarak 8,2 kilometer. Dapat ditempuh dengan estimasi waktu delapan jam. Sementara jalur lain seperti Cemoro Sewu dapat ditempuh dengan jarak 6-7 kilometer, Cemoro Kandang 14 kilometer, dan Candi Cetho 15 kilometer.
Jalur Singolangu mempunyai lima pos yang dapat digunakan beristirahat bagi pendaki. Tiap pos memiliki ciri khas pemandangan masing-masing yang dapat membuat pendaki takjub. Misalnya hamparan Bunga Eidelweis hingga tembus ke Sendang Sunan Drajat.
Meski demikian, beberapa warga menyebut terdapat pantangan bagi pendaki untuk berpakaian warna hijau, dihimbau pula tidak membawa tisu basah serta membawa turun sampah yang dibawa.
(Kurniawati Hasjanah)