Dalam budaya Yanomami, kematian bukanlah sesuatu yang dilihat sebagai kejadian alami, melainkan mereka percaya jika penyebab kematian karena roh jahat atau serangan spiritual dari musuh mereka.
Suku Yanomami meyakini bahwa roh orang yang sudah meninggal dunia dapat beristirahat dengan tenang, jika tubuh jenazah dibakar dan dimakan oleh kerabat yang masih hidup. Untuk itu, mereka melakukan upacara adat untuk kremasi jenazah.
Sisa abu dan tulang bekas kremasi akan dimasak bersama dengan pisang fermentasi menjadi sebuah sup. Makanan lokal yang kerap disajikan sebagai hidangan duka ini akan diberikan kepada semua pelayat.
Untuk memakannya juga tak boleh sembarangan. Apabila jenazah meninggal dunia akibat dibunuh oleh musuh dari suku lain, maka hanya wanita saja yang akan memakan sup tersebut. Selain itu, mereka hanya diizinkan makan makanan tersebut saat malam hari, ketika Suku Yanomami melakukan balas dendam terhadap tersangka.
(Kurniawati Hasjanah)