Demi mencegah penyebaran virus corona (COVID-19), sejumlah coffee shop kini menerapkan sistem cashless dan mengubah jam operasional. Langkah ini dinilai ampuh dalam meminimalisir penularan virus corona, mengingat mereka harus tetap beroperasi demi mendapat pemasukkan.
Kopi Muja di kawasan Jakarta Selatan, menjadi salah satu coffee shop yang telah menerapkan kebijakan tersebut. Hal tersebut disampaikan secara gamblang oleh Fadil Daril Khairun, barista Kopi Muja, saat ditemui Okezone.
"Banyak coffee shop yang jam operasional berubah. Ada yang buka siang dan tutup lebih awal. Kalau di sini, jam buka jadi lebih siang yakni jam 10, awalnya jam 8. Tapi tutupnya normal jam 10 malam," ujarnya.
Selain perubahan jam operasional, Fadhil mengatakan sistem pembayaran di coffee shop-nya pun kini hanya menerima cashless menggunakan debit dan credit card, atau e-money. Tujuannya tentu untuk meminimalisir kontak langsung dengan kostumer.
Seperti diketahui, penularan COVID-19 paling umum terjadi melalui droplet atau cairan liur seseorang terinfeksi yang menyebar ketika bersin atau batuk. Seseorang bisa tertular saat menghirup droplet tersebut karena berada terlalu dekat.
Belakangan, droplet diklaim dapat menempel di benda mati sehingga berpotensi menularkan COVID-19. Contohnya bila cairan ini menempel pada uang kertas. Oleh karena itu, demi meminamilisir hal tersebut, kini banyak coffee shop dan restoran yang menerapkan sistem pembayaran cashless.
"Sekarang mau enggak mau harus cashless. Terus di depan bar disediakan hand sanitizer, barista juga diminta untuk mengenakan masker. Semua upaya pencegahan sudah banyak yang kami lakukan," kata Fadil.
Dia menambahkan, saat ini banyak coffee shop yang terpaksa menggunakan paper cup dan wadah sekali pakai. Kebijakan ini tak hanya untuk pesanan take away atau dibawa pulang, tetapi juga diberlakukan bagi kostumer yang ingin menikmati minuman dan makanan di tempat.
"Sebelumnya kami memang selalu menggunakan gelas dan piring kaca. Tapi sekarang, mau tidak mau harus memanfaatkan wadah sekali pakai untuk mencegah penyebaran virus," terangnya.
Omzet Drop
Dampak dari pandemi virus corona dan penyakit Covid-19, turut dirasakan oleh para pelaku industri kuliner. Terlebih setelah Presiden Joko Widodo mengimbau warga untuk mengurangi aktivitas di luar rumah, dan menerapkan kebijakan Work From Home (WHF).
Alhasil, banyak coffee shop dan tempat nongkrong lainnya jadi sepi pengunjung. Hal tersebut diakui oleh Fadil Daril Khairun, barista dari Kopi Muja. "Kerasa banget. Biasanya di hari biasa itu costumer yang datang bisa sampai 50 orang. Kalau ada acara bisa lebih dari 100 orang. Sekarang benar-benar sepi, bisa dihitung dengan jari," ujar Fadil saat ditemui di Kopi Muja, Jakarta Selatan.
Lebih lanjut Fadil menjelaskan, buntut dari pandemi virus corona ini juga membuat omzet coffee shopnya menurun drastis, bahkan hingga 70%. Bila biasanya mereka meraup keuntungan kotor Rp7 juta - Rp8 juta di hari biasa, dan Rp10 juta - Rp11 juta di akhir pekan, kini omzet yang diterima hanya berkisar Rp2 juta - Rp3 juta saja.
Penurunan omzet tersebut mulai dirasakan sejak hari Senin 16 Maret lalu, satu hari setelah Presiden Joko Widodo menggelar konferensi pers di Istanaga Bogor, Jawa Barat. "Sekarang omzet paling banyak itu cuma Rp3 juta. Susah banget mau nembus Rp4 juta. Soalnya banyak sekolah yang diliburkan, pekerja kantoran juga Work From Home. Jadi benar-benar terasa penurunannya," ungkap Fadil.
Selain itu, belakangan perilaku kostumer pun mengalami sedikit perubahan. Jika sebelumnya mereka bisa nongkrong hingga berjam-jam, kini rata-rafa konsumer hanya mampu bertahan kurang dari 3 jam saja.
Kendati demikian, Fadil mengatakan bahwa coffee shop harus tetap dibuka demi menambah pemasukan. Sebagai upaya pencegahan, sejumlah coffee shop termasuk Kopi Muja telah menerapkan beberapa kebijakan baru. Mulai dari perubahan jam operasional, pemberlakuan sistem cashless (non-tunai), penggunaan paper cup dan wadah makanan sekali pakai, hingga penyemprotan disinfektan secara rutin.
(Muhammad Saifullah )