Karnaval Arung Pamalayu membuka peringatan Hari Maritim yang ke-55 di Komplek Candi Pulau Sawah, Dharmasraya, Sumatera Barat, Senin (23/9/2019).
Karnaval Arung Pamalayu adalah salah satu agenda Festival Pamalayu yang dimulai sejak 22 Agustus 2019 hingga 7 Januari 2020 mendatang.
Puluhan perahu membawa rombongan Wakil Bupati Dharmasraya Amrizal Dt Rajo Medan, Bupati Tanjung Jabung Timur Rommy Haryanto dan beberapa tamu dari Jambi, ninik mamak dan tokoh masyarakat dari berbagai wilayah di Dharmasraya serta para jurnalis.
Parade perahu berlayar sekitar 25 menit dari jembatan kabel menuju Komplek Candi Pulau Sawah. Parade perahu ini menjadi simbol penggunaan Sungai Batanghari menjadi urat nadi transportasi dan jalur perdagangan masa lalu.
Di Pulau Sawah, telah menunggu Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan, Kapolda Sumbar Irjen Fakhrizal, Staf Ahli Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Tukul Rameyo, para pembicara dan ribuan masyarakat Dharmasraya.
Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan dalam sambutannya mengatakan, peringatan hari kemaritiman di pinggir Sungai Batanghari perlu untuk pengingat, bagaimana sungai sebagai urat nadi peradaban masa lalu.
"Sebelum ada tol dan jalan aspal, sungai adalah jalur lalu lintas utama pada masa lalu," katanya.
Peringatan hari kemaritiman di Dharmasraya, merupakan yang kedua setelah ditetapkan pada 1964. Peringatan pertama dilakukan pada 1967.
Sutan Riska mengatakan, presiden pada awalnya dijadwalkan menghadiri karnaval yang dirangkai dengan talkshow tersebut. Karena agenda yang tak bisa ditinggalkan, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko yang kemudian akan menggantikan. Namun, KSP yang telah bersiap-siap ke Dharmasraya juga batal datang karena agenda mendadak.
"Beliau insya Allah akan datang dalam rangkaian acara Festival Pamalayu berikutnya," kata Bupati.
Sutan Riska mengatakan, upaya Pemerintah Kabupaten Dharmasraya menggelar Festival Pamalayu adalah untuk mengangkat peradaban masa lalu, yang ada di Dharmasraya.
Menurutnya, upaya merawat peninggalan pada masa lalu, dapat belajar kepada bangsa Mesir, yang tetap merawat dan mempertahankan piramid sebagai warisan pada zaman Fir'aun, namun tetap teguh dengan Islam sebagai agama yang dianut sebagian besar warganya.
"Kita berharap bisa membuatnya jauh lebih bermanfaat untuk pembangunan dan pariwisata," katanya.