DALAM menciptakan sebuah karya busana, seorang designer bisa mendapatkan ide dari banyak hal. Mulai dari kehidupan sehari-hari, gaya fashion tahun lampau, atau juga dari keabstrakan pikiran.
Tapi, tak sedikit dari designer yang mengambil ide penciptaan karya busana dari karya seni. Seperti yang dilakukan Designer Yosafat Dwi Kurniawan. Tertarik pada karya seni bergaya minimalis di tahun 60-an, Yosafat menciptakan karya fashion teranyar yang diberi nama "Literalist".
BACA JUGA:
Karya Yosafat ini mencoba menampilkan busana dengan cutting oversized pada bagian bahu yang nampak pasif. Siluet seperti ini membuat karya terbaru Yosafat terkesan masif saat dikenakan. Tidak hanya itu, siluet geometris pun muncul di beberapa koleksinya.
Siluet geometris ini pun tereksplorasi dalam bentuk dan proporsi karya. "Saya ingin menampilkan busana yang cukup berbeda dari biasanya. Bahkan, saya sampai turun langsung saat pembuatan, karena banyak cuttingan yang tidak sesuai dengn standar Yosafat Dwi Kurniawan sebelumnya," papar Yosafat saat diwawancarai di opening ceremony JFFF 2018 di Harris Hotel Kelapa Gading Jakarta, Kamis (19/4/2018).
(Foto: M.Sukardi/Okezone)
Yosafat melanjutkan, sekalipun koleksinya yang sekarang memiliki cutting sinteris dan konservatif, namun dia mengembangkan ide tersebut dengan menggunakan prinsip geometris yang dapat dilihat dalam banyak siluet bahu dari garmen-garmen.
"Proses penciptaan karya teranyar ini mengingatkan saya pada saat saya belajar fashion kala itu. Jadi, seperti throwback sendiri saat membuat koleksi Literalist ini," sambung Yosafat.
(Foto: M.Sukardi/Okezone)
Sedikit tambahan, eksplorasi volume dan bentuk juga menjadi poin penting yang ingin ditonjolkan Yosafat. Bahkan, Yosafat memerhatikan bahan apa yang paling cocok dengan sketsa yang terbilang abstrak. Namun, dari apa yang ditampilkan pada show malam kemarin, bahan-bahan yang dipilih Yosafat cukup berhasil menciptakan kesan minimalist oversizednya.
Sementara itu, jika dilihat dari koleksi yang ditampilkan, Yosafat banyak bermain di bahan velvet dan bahan yang bersifat straight. Hal ini yang kemudian membuat koleksinya tidak terkesan terlalu kaku dan sulit untuk dikenakan atau istilahnya tidak wearable.
BACA JUGA:
"Aku sih emang saat rencana pembuatan koleksi ini, aku ingin membuat pakaian yang bahannya tidak terlalu merogoh kocek terlalu dalam, tapi tetap dengan kualitas produk yang berkualitas," tambahnya.