Mengutip dari laman Indonesia Kaya, Senin (13/11/2017), nama tanjidor berasal dari bahasa Portugis, yaitu tangedor yang artinya alat-alat musik berdawai. Selain untuk mengarak atau mengiringi pengantin, tanjidor juga biasanya dimainkan ketika ada pawai-pawai keagamaan di Portugal.
Sedangkan, di Jakarta kini tanjidor sudah cukup jarang ditemui, kecuali pada pesta pernikahan atau hajatan masyarakat Betawi yang masih menggunakan adat tradisional. Padahal, di negara asalnya tanjidor masih dihadirkan untuk mengiringi pesta Santo Gregorius.
Masih seperti yang tertulis dari laman Indonesia Kaya, tanjidor biasa dimainkan oleh 7 hingga 10 orang pemain musik, yang sebagian besar berasal dari kota-kota luar Jakarta, seperti Tangerang, Bekasi, Depok, dan Indramayu. Saat tampil, orkes tanjidor biasanya memainkan lagu-lagu, seperti kramton, bananas, cente manis, kramat karem, merpati putih dan surilang.
Ketika tampil dan mengarak pengantin, para pemain tanjidor biasanya mengenakan pakaian yang seragam. Pakaian yang berupa pakaian tradisional Betawi tersebut, terdiri atas peci, sarung yang dikenakan di pundak, dan aksesoris khas tradisional Betawi lainnya.
(Dinno Baskoro)