Astaga! Kepercayaan Marapu di Sumba Biarkan Orang Berutang untuk Ritual Pemakaman

Tentry Yudvi, Jurnalis
Senin 31 Juli 2017 11:15 WIB
Kepercayaan Marapu Pulau Sumba (foto: Mark Eveleigh)
Share :

BANYAK ritual pemakaman di suku pedalaman Tanah Air yang membuat dunia takjub. Tidak hanya di Tana Toraja tetapi ini juga bisa ditemukan di Sumba, Nusa Tenggara Timur.

Seorang jurnalis bernama Mark Eveleigh menulis ritual sakral pemakaman kepercayaan Marapu yang dianut oleh sebagian besar penduduk di Sumba dalam website The Sun. Dalam tulisannya ia takjub karena demi pemakaman seseorang rela berutang.

(Baca Juga: Hiii,,,Seramnya Bertualang Menyusuri Rumah Sakit Zombie)

"Pria di sini biasanya sejak lahir sudah memiliki utang," jelas Ansel Mus Rangga seorang pemandu wisata yang ditemuinya.

(foto: Mark Eveleigh)

Jika biaya pemakaman tidak disanggupi oleh kakek atau ayah mereka maka mereka harus menanggung biaya itu sampai generasi selanjutnya. Tentunya biaya mahal ini dikarenakan ritual pemakaman yang tidak biasa di sana.

Harga ritual pemakaman disebut lebih mahal dibandingkan membangun sebuah rumah adat mereka karena dalam membangun rumah mereka menggunakan material sederhana dari alam. Sebab, pemakaman berdasarkan kepercayaan Marapu membutuhkan batu besar.

(Baca Juga: 3 Gua Terseram di Asia Tenggara, Berani Masuk?)

Selain itu, ratusan pria juga harus dihibur karena mereka mencari batu alam sebesar dan seberat itu menggunakan tangan mereka sendiri demi menguburkan seseorang kerabat atau keluarga. Meski kini sudah tersedia transportasi namun mereka lebih memilih cara tradisional yang bagi mereka hal tersebut paling baik.

Batu nisan tersebut berguna untuk menjadi kuburan jasad. Namun, biaya mahal tidak hanya dihadirkan dari batu saja, tetapi juga dengan prosesi adat dan ritualnya yang harus mengorbankan banteng atau kuda untuk memberi makan para pembawa batu tersebut.

(Baca Juga: Hiii...Merindingnya Jelajahi Bukit Penyihir di Lithuania)

Bagi mereka makam merupakan bagian dari kehidupan lanjut mereka yang berperan dalam keseharian. Untuk itu, melindungi makam menjadi hal yang sangat penting dilakukan oleh penduduk sekitar.

"Kami mengubur orang mati kami dengan barang berharga mereka," kata Tiger, seorang pemandu di Nihi Sumba.

(foto: Mark Eveleigh)

Sebab, jika tidak seperti itu para perampok suka mencuri barang-baranh tersebut. Terlebih bagi seseorang keturunan bangsawan atau seorang Raja. "Di masa lalu seorang raja mungkin menyuruh pelayannya dikurung hidup-hidup di makam untuk melayaninya," kata Tiger, menunjuk sebuah makam kecil di samping makam Umba Sawola 70 ton di distrik Anakalang, Sumba tengah.

Di tahun 1971, sebuah kuburan pernah dibuat dari bahan yang diperoleh dari Sumba Anakalang, dan ratusan pria membawa batu tersebut berjalan kaki sejauh lebih dari 3 kilometer. Keluarganya pun memberikan makan sekira 358 banteng untuk mereka yang sudah membawa material bebatuan tersebut.

"Sebuah undang-undang baru mengatakan bahwa per orang hanya bisa membunuh lima hewan per pemakaman. Ini dirancang untuk membatasi kerusakan finansial pada keluarga.Tapi tidak semua orang bermain sesuai peraturan. Orang akan selalu mencoba membunuh lebih banyak hewan," jelas Dato Daku selaku Manajer Yayasan Sumba.

(Baca Juga: Desa Hantu di Belgia Bisa Jadi Spot Wisata, Berani Uji Nyali?)

Jika kuburannya besar, batu tersebut harus dibawa oleh 100 orang. Sebab, berdasarkan kepercayaan Marapu membangu sebuah kuburan yang besar merupakan kewajiban mereka yang meninggal atau sanak keluarga yang ditinggalkan.

Namun, sejak sudah ada material modern para penduduk kini lebih banyak membuat kuburan dari keramik dengan harga lebih murah. Mereka tetap mendesain kuburan seperti yang lama hanya saja bahannya dibedakan dan sudah jarang yang melakukan pengorbanan serupa. Demikian seperti dilansir Independent.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita Women lainnya