ISU penggunaan bahan baku kedaluarsa yang sempat menerpa salah satu restoran pizza ternama ternyata membuat dampak besar pada cara pandang masyarakat. Banyak masyarakat yang heboh mencari tahu tentang makanan yang sudah melewati batas masa simpannya.
Bahan baku kedaluarsa dan makanan kadaluarsa ternyata memiliki makna dan perlakuan yang berbeda. Hal ini dijelaskan Prof. Dr. Ir. Nuri Andarwulan, MSi., Direktur South East Asian Food and Agricultural saat ditemui di Jakarta, Rabu, 8 September 2016.
Perempuan ramah yang akrab disapa Prof. Nuri ini mengatakan, keterangan tanggal kedaluarsa adalah batas usia simpan makanan, artinya sampai tanggal yang tertera maka makanan akan mengalami penurunan kualitas. Hal ini berlaku pada bahan baku seperti contohnya produk tepung, susu, keju, bahan tambahan pangan dan berbagai produk lainnya serta berlaku juga pada makanan seperti biskuit, roti dan lain sebagainya.
“Tanggal kedaluarsa hanya sebagai patokan bahwa company menentukan kualitas bahan baku atau makanan akan terjaga hingga tanggal yang ditentukan. Jika sudah melewati batas kadaluarsa bukan berarti sudah tidak bisa digunakan atau dikonsumsi, masih bisa tapi kualitasnya tidak lagi sama. Misalnya biskuit agak melempem dan tidak renyah lagi, warnanya juga pudar,” terang Prof. Nuri.
Prof. Nuri lebih lanjut menjelaskan, produk bahan baku kadaluarsa bukan tidak boleh digunakan lagi, tapi saat digunakan kemungkinan akan menurunkan kualitas hasil makanan. “Misalnya kue dibuat dari tepung yang sudah lewat batas usia simpan satu sampai tiga bulan, itu aman. Tapi kuenya jadi kurang mengembang, warnanya pucat atau teksturnya tidak terlalu lembut lagi. Intinya kembali ke penerimaan masyarakat, karena bahan baku ini masih aman dikonsumsi” jelas Prof Nuri.
Sementara untuk makanan kedaluarsa, konsumen harus memerhatikan betul jenis makanan dan keadaan makanan. “Untuk produk makanan kering kalau tandanya hanya berkurang kerenyahannya itu masih aman dikonsumsi tapi untuk produk makanan yang lembab misalnya roti, harus teliti lihat cirinya. Kalau sudah jamuran, baunya tengik, rasanya asam, mendingan buang saja,” tutup Prof. Nuri
(Santi Andriani)