Sementara itu, data Global Youth Tobacco Survey (GYTs) 2014 Indonesia menunjukkan prevalensi perokok anak usia 13-15 tahun sebesar 20,3 persen. Data tersebut juga mengungkapkan bahwa anak-anak mengaku pernah melihat iklan promosi rokok di toko (60,7 persen) melihat perokok di TV, video atau film (62,7 persen) dan pernah ditawari oleh sales rokok 7,9 persen) Di samping itu, data tersebut juga menyatakan bahwa 70,1 persen pernah melihat pesan anti merokok di media, dan 71,3 persen berpikir untuk berhenti merokok karena peringatan kesehatan bergambar.
"Pesan-pesan kesehatan tentang bahaya merokok yang kita tayangkan sebenarnya mendapat perhatian dan anak-anak kita yang merupakan investasi masa depan bangsa. Harapannya, masyarakat khususnya generasi muda harus mendapatkan informasi dan pengetahuan lebih banyak tentang bahaya merokok dari berbagai sisi", tutur Menkes.
Merokok merupakan salah satu penyebab utama kematian penyakit tidak menular yang bisa kita cegah dengan melindungi generasi muda dan paparan asap rokok secara dini. Karena itu, Menkes mengajak masyarakat bersama-sama memiliki komitmen yang tinggi untuk memperuangkan perlindungan masyarakat khususnya generasi muda dari dampak negatif merokok.
"Masa depan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat kualitas kesehatan masyarakatnya termasuk generasi mudanya', tegas Menkes.
(Helmi Ade Saputra)