JEPANG dan Indonesia memiliki perbedaan budaya dan kebiasaan yang signifikan. Maka tak heran pola asuh terhadap anak juga berbeda.
Usia balita merupakan waktu terbaik untuk membentuk pola pikir dan perilaku anak. Karena itu dibutuhkan cara pengasuhan tepat yang menekankan kedekatan anak dengan orangtua. Hal itu diungkap Psikolog Anak, Vera Itabiliana dalam acara 'Japanese Parenting persembahan Merries popok bayi', belum lama ini di Jakarta.
Ia menambahkan, ada beberapa pola asuh berbeda yang membuat anak di Jepang lebih Mandiri ketimbang di Indonesia. Berikut diantaranya.
Dekat dengan ibu
Anak di Jepang sangat dekat dengan ibu sejak usia nol sampai dua tahun. Selama masa itu hanya ibu satu-satunya yang mengasuh mereka. Sebab, di negeri sakura itu tidak tersedia jasa asisten rumah tangga atau baby sitter. Jadi karena kesibukan ibu terbagi dua antara bekerja dan mengasuh anak, maka sejak dini ibu sudah mengajarkan anak melakukan sesuatu yang mereka bisa.
Sementara di Indonesia, ibu lebih suka membagi pekerjaan mereka dengan baby sitter untuk mengasuh anak. Sehingga, fungsi baby sitter berubah sebagai pelayan anak yang membantu mereka mengerjakan tugas-tugas, padahal bisa dikerjakan sendiri.
Menularkan nilai-nilai positif
Orangtua di Jepang banyak menularkan nilai-nilai positif secara langsung pada anak. Tidak hanya sekadar teori, tapi mereka memberi contoh nyata. Seperti, disiplin bangun pagi, mengatur pola makan, berbenah, tidur tepat waktu, serta belajar dan bekerja.
Lain halnya dengan orangtua di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri, masih banyak orangtua yang lebih suka bicara daripada memberi contoh. Sebagian orangtua membiarkan dirinya nyaman dengan perilaku tidak disiplin. Tapi ingin punya anak disiplin.
Tidak memanjakan
Ketika anak kesulitan melakukan sesuatu, seperti memasang sepatu, orangtua di Jepang dengan sabar mengajari sampai anak bisa. Tapi di Indonesia, kebanyakan orangtua tidak ingin ambil pusing mendengar keluhan anak, apalagi kalau sampai menangis. Mereka langsung mengambil alih, kemudian memasangkan sepatu.
(Vien Dimyati)