DAHULU, cheongsam merupakan busana sehari-hari yang digunakan wanita Oriental. Seiring pergeseran zaman, cheogsam pun mulai tergusur dengan busana lain yang lebih modern.
Tina Andrean, desainer gaun pengantin yang telah 28 tahun berkarier di industri mode pun miris melihat nasib
cheongsam yang kian ditinggalkan. Dia pun memutar otak guna mencipta kreasi cantik agar
cheongsam tetap diminati dan lestari.
Kemasan gaun pengantik cantik dengan latar
cheongsam jadi kreasi terbaru. Dengan potongan dan siluet yang modern, dia berhasil menciptakan
cheongsam yang tak kalah pamor dengan kebaya sebagai busana pengantin.
"
Cheongsam dulu merupakan gaun wanita untuk sehari-ahri atau untuk kerja. Bentuknya
shape body, feminin tapi ada belahannya, sehingga leluasa untuk jongkok atau melangkah besar," katanya dalam konferensi pers di Mandarin Oriental Hotel, Jakarta Pusat, Jumat (3/5/2013).
Dalam tema
The Emperor, Tina menawarkan 24 gaun pengantin dengan inspirasi
cheongsam modern.
"Saya mengangkat
cheongsam jadi gaun yang bisa dipakai pengantin pada acara resepsi. Gaun ini bisa berwarna emas sebagai lambang kaya atau kemewahan. Gaunnya sendiri ada yang berwarna merah,
peach, dan lainnya," imbuhnya.
Selain memberikan sentuhan warna yang tak biasa, dia juga memberikan tawaran
cutting yang menawan.
"Jadi, bagian belakangnya ada yang rendah, transparan, dan banyak menggunakan bahan
lace, jacquard," katanya.
Kesan modern lain yang ditawarkan Tina ialah menggunakan permainan
neckline di mana
item itu bisa dilepas.
"Dalam keadaan terbuka jadi seperti
bustier dan setelah dibuka langsung jadi gaun internasional. Saya juga bermain-main dengan rok bagian bawah yang dibentuk dengan guntingan tulle tumpuk, siluet-siluet di mana membuat tampilan berbeda. Jadi,
cheongsam tak harus lurus, tapi bisa ada
mermaid, semi
A-line dan
ballgown, ada juga di bagian atas dengan permainan bolero dan tangan," tutupnya.
(Tuty Ocktaviany)