JAKARTA – Bolehkah air rebusan bekas mi instan aman dikonsumsi? Banyak di antara kita yang sempat mendengar bahwa air bekas merebus mi instan sebaiknya dibuang karena "berbahaya" atau penuh bahan kimia.
Isu ini sering beredar di media sosial, lengkap dengan foto atau video air rebusan yang tampak keruh, berminyak, atau berbuih. Tidak jarang, narasinya dibumbui dengan klaim bahwa air tersebut mengandung zat-zat beracun yang bisa mengganggu kesehatan jika diminum.
Kekhawatiran ini membuat sebagian orang memilih merebus mi dua kali, air pertama dibuang, lalu mi direbus kembali dengan air bersih sebelum dicampur bumbu. Di sisi lain, ada juga yang tetap menggunakan air rebusan tersebut sebagai kuah karena dinilai lebih gurih dan nikmat.
Air rebusan mi instan ternyata menyimpan berbagai sisa komponen dari proses pembuatan mi. Di dalamnya terdapat minyak hasil proses penggorengan mi kering, zat pengawet seperti TBHQ (tertiary butylhydroquinone), serta natrium dalam kadar tinggi. Meski dalam kadar rendah masih dinyatakan aman oleh badan pengawas pangan, zat ini bisa ikut larut ke dalam air selama proses perebusan.
Tak hanya itu, air rebusan juga berpotensi mengandung residu lemak jenuh dan jejak logam berat dari proses pengolahan industri, meski jumlahnya sangat kecil. Garam, pewarna makanan, serta perisa buatan yang larut dari mi maupun bumbunya ikut memperkaya kandungan natrium dan zat kimia di dalamnya. Kombinasi inilah yang membuat air rebusan sering terlihat berminyak, berbuih, atau bahkan keruh setelah mi matang.
“Logikanya, air rebusan mi instan berisi sari-sari dari mi instan itu sendiri. Jika memang air tersebut berefek buruk, tentu hal ini tidak akan berpengaruh besar jika menghindari air rebusannya. Karena sumber dari kejelekan air rebusan tersebut, yakni mi instan itu sendiri, tetap Anda makan,” ujar dr. Yosephine S.
Faktanya, mi instan tetap tergolong sebagai makanan olahan tinggi natrium dan rendah serat. Membuang air rebusan pertama lalu menggantinya dengan air baru sebelum menambahkan bumbu memang bisa menjadi langkah yang lebih bijak untuk mengurangi kadar minyak, tepung, dan natrium yang larut selama proses perebusan. Namun, hal ini bukan berarti mi instan otomatis berubah menjadi makanan sehat.
Untuk menyiasatinya, kita bisa menambahkan sayuran seperti wortel, sawi, brokoli, atau bayam agar kandungan serat, vitamin, dan mineralnya lebih lengkap. Menambahkan sumber protein seperti telur rebus, ayam suwir, tahu, atau tempe juga dapat membantu membuat hidangan ini lebih bernutrisi dan mengenyangkan lebih lama.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)