DI tengah kesibukan orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak, ada satu momen sederhana namun penuh makna yang bisa dilakukan yakni memberikan afirmasi positif saat anak sedang tertidur lelap.
Dalam unggahan @parentingasyik disebutkan, afirmasi 30 menit pertama saat anak mulai tidur memiliki dampak psikologis yang kuat dan mendalam terhadap perilaku dan emosi anak.
Dalam unggahan tersebut, disarankan agar orang tua khususnya ibu secara lembut menyampaikan tiga hal utama kepada anak saat mereka berada dalam kondisi tidur paling tenang. Pesan-pesan itu antara lain:
Ini merupakan bentuk pengakuan dan empati dari orang tua, yang menunjukkan bahwa mereka juga manusia biasa yang bisa salah, namun tetap memiliki kasih sayang tulus terhadap anak.
Kalimat ini menguatkan rasa percaya diri anak dan memperkuat hubungan emosional antara anak dan orang tua.
Para pakar psikologi anak menyebutkan bahwa saat anak mulai tertidur, terutama dalam fase awal tidur (deep sleep stage), otak masih aktif dalam menyerap suara dan sugesti di sekitarnya. Hal ini memungkinkan afirmasi positif untuk masuk ke alam bawah sadar anak dan membentuk pola pikir serta emosi mereka secara perlahan.
* Anak merasa lebih tenang dan nyaman saat beraktivitas.
* Frekuensi tantrum cenderung berkurang.
* Anak menjadi lebih peka terhadap perasaan orang lain.
* Rasa kasih sayang anak terhadap orang tua meningkat.
* Tujuan jangka panjang seperti menyapih atau toilet training bisa tercapai lebih mudah.
* Anak tumbuh dengan rasa bahagia dan penuh cinta.
Dalam dunia pengasuhan yang penuh tantangan, membangun koneksi emosional yang kuat antara orang tua dan anak adalah kunci dari tumbuh kembang anak yang sehat. Afirmasi positif yang disampaikan saat anak tertidur bukan hanya rutinitas baru, melainkan bentuk cinta yang sederhana namun berdampak besar. Kebiasaan ini mungkin hanya memakan waktu satu menit setiap malam, tapi hasilnya bisa dirasakan seumur hidup.
Sebagaimana disampaikan dalam unggahan tersebut, “Anak-anak tidak hanya butuh disiplin, tapi juga butuh didengarkan, dipahami, dan dicintai dalam diam.”
(Qur'anul Hidayat)