Umat katolik asal Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini, menarik perhatian saat hadir dalam misa akbar bersama Pemimpin tertinggi Gereja Katolik Sedunia, Paus Fransiskus, di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Mereka mengenakan kain adat asli asal Sumba, NTT.
Lidia Dungapoety dan Yohana Sam yang datang dari Keuskupan Weetebula, NTT, menjelaskan alasan mengenakan kain adat tersebut. Mereka mengatakan ingin menghormati Paus Fransiskus sekaligus menunjukkan identitas mereka sebagai orang Sumba.
Kain yang mereka kenakan di misa akbar kali ini berasal dari Sumba Tengah dan Ende. Bahkan mereka yang berasal dari Tambolaka, Sumba Barat Daya, rela berbelanja kain sampai ke Larantuka, Flores.
"Ini kain adat Sumba. Ini identitas kami sebagai orang Sumba. Memang kami hadir mempunyai pujian-pujian kreatifitas sebagai orang Sumba. Kami menghargai dan menghormati Bapak Paus sehingga kami pun hadir dengan pakaian adat Sumba," kata Lidia saat ditemui MNC Portal Indonesia di SUGBK.
"Ini kain dari Sumba Tengah dan Ende. Kemarin kami pergi ke Larantuka dan belanjanya di sana. (Kain) ini berasal dari Ende, Danau Kelimutu," tambah Yohana.
Sebagai umat katolik yang menghadiri misa akbar bersama Paus Fransiskus, Lidia dan Yohana mengharapkan bisa membawa berkat dari Tuhan. Tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk negara Indonesia.
"Kita mengharapkan berkat dan rahmat kasih dari Tuhan yang dalam tangan Bapak Paus Fransiskus. Saya percaya, yakin, dan iman. Saya aminkan kehadiran Bapak Paus di tanah Republik Indonesia. Beliau hadir untuk memberkati bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan seluruh masyarakat Indonesia," ucap Lidia.
Lidia dan Yohana mengaku tak menemui kesulitan berarti untuk datang ke Jakarta bertemu Paus Fransiskus. Mereka menempuh perjalanan selama 12 jam dari Tambolaka.
"Puji Tuhan, Tuhan tidak memberikan kesulitan. Artinya Tuhan menyiapkan segala sesuatu dan memang percaya untuk kami hadir di tempat ini bersama Bapak Paus Fransiskus," tutup Lidia.
(Kemas Irawan Nurrachman)