KISAH dokter gadungan timnas Elwizan Aminudin hanya beri paramex dan bodrex saat Ernando Ari dislokasi bahu pernah mengejutkan publik. Elwizan Aminudin, seorang dokter gadungan yang sempat terungkap tidak memiliki keahlian medis yang memadai telah menimbulkan kegemparan di kalangan timnas Indonesia dan masyarakat luas.
Selain itu, penipuan ini juga telah menimbulkan risiko besar bagi para atlet yang mempercayakan kondisi mereka kepada dokter gadungan tersebut. Salah satu pemain yang hampir terkena dampak serius saat mengalami cedera adalah Ernando Ari, penjaga gawang timnas.
Melansir dari berbagai sumber pada Jumat (21/6/2024), Ernando hampir menghadapi kemungkinan pensiun dini dan gagal bergabung ke piala dunia di korasia ketika mengalami dislokasi bahu. Alih-alih mendapatkan penanganan medis yang serius, dokter gadungan tersebut malah mengabaikan keparahan cedera dan hanya mendiagnosisnya sebagai penyakit biasa saja.
Tidak hanya itu, Elwizan Aminudin juga menyuruh Ernando untuk menguatkan mentalnya, menuding bahwa cedera tersebut disebabkan oleh mentalnya yang lemah. Padahal, Ketika seorang pemain mengalami cedera serius seperti dislokasi bahu, penanganan yang tepat dan cepat sangatlah penting.

Dislokasi bahu memerlukan intervensi medis yang melibatkan reposisi tulang dan seringkali membutuhkan rehabilitasi intensif. Selain itu, Elwizan Aminudin juga sering kali hanya memberikan obat Paramex dan Bodrex untuk mengobati berbagai keluhan medis, termasuk kepada Ernando Ari dan seluruh pemain timnas yang sakit.
“Dia kalau sakit apapun ngasihnya apa, Paramex sama Brodex doang," kata Ernando dalam sebuah podcast yang diunggah di akun YouTube Sport77 Official.
Pemberian obat-obatan sederhana seperti Paramex dan Bodrex untuk berbagai jenis penyakit menunjukkan kurangnya pemahaman medis yang serius. Padahal, dokter tim harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk menangani berbagai jenis cedera dan kondisi medis yang mungkin dialami oleh pemain.
Selain itu, mereka juga harus mampu memberikan diagnosis yang akurat dan rencana perawatan yang efektif. Kesehatan dan kesejahteraan pemain harus menjadi prioritas utama, dan ini hanya bisa dicapai dengan bantuan profesional medis yang terlatih.
Jadi, kisah dokter gadungan timnas Elwizan Aminudin tidak hanya berfokus pada pemberian Paramex dan Bodrex saat Ernando Ari mengalami dislokasi bahu. Ketika Ernando mengalami dislokasi bahu, Elwizan malah menyuruhnya untuk menguatkan mental karena menganggap cedera tersebut sebagai penyakit biasa.
Sedangkan, pemberian Paramex dan Bodrex dilakukan Elwizan Aminudin saat menangani berbagai penyakit lain yang dialami para pemain timnas, termasuk Ernando Ari. Namun, kisah Elwizan Aminudin sebagai dokter gadungan di timnas Indonesia adalah pelajaran berharga bagi dunia olahraga di Indonesia.
Penipuan yang dilakukan oleh Elwizan Aminudin membuka mata banyak pihak tentang pentingnya memastikan kredibilitas dan kompetensi tenaga medis yang menangani atlet, terutama di level profesional. Dengan terungkapnya kasus ini, diharapkan timnas dan pihak terkait lebih berhati-hati dalam memilih tenaga medis agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
(Leonardus Selwyn)