CUACA panas ekstrem yang melanda Filipina Utara menyebabkan kekeringan di berbagai titik wilayah tersebut. Salah satunya ialah sebuah bendungan di Pantabangan, Nueva Ecija, Filipina.
Yang mengejutkan, di balik bendungan yang terus menyusut itu muncul reruntuhan kota tua yang diduga telah berusia tiga abad atau 300 tahun lamanya.
Penemuan langka itupun menjadi daya tarik tersendiri yang berhasil menarik wisatawan sehingga menjadi sumber tambahan di wilayah tersebut.
Reruntuhan yang ditemukan di bendungan yang mengering itu diketahui sisa-sisa dari bangunan gereja yang tenggelam dan pondasi dari bangunan-bangunan tua dari sebuah kota tua di Provinsi Nueva Ecija. Pemandangan ini ditemui dalam beberapa minggu terakhir, melansir The Star.
(Foto: Reuters/Adrian Portugal)
“Ketika saya mendengar tentang gereja yang tenggelam di kota tua Pantabangan yang muncul kembali, saya menjadi bersemangat dan ingin melihatnya,” kata pensiunan suster berusia 61 tahun, Aurea Delos Santos.
Situs itupun dimanfaatkan penduduk setempat sebagai sumber pendapatan tambahan dengan mengarahkan wisatawan untuk berkunjung ke penemuan tersebut.
Warga lokal mengaku mendapatkan penghasilan sekitar 200 peso atau Rp55 ribuan dari memancing dan bisa mencapai 1.500-1.800 peso atau Rp400-500 ribu per hari jika turis berkunjung.
“Saat itu, saya hanya mendapat penghasilan 200 peso (USD3,50) dari memancing, namun ketika turis datang, saya mendapat penghasilan 1.500 hingga 1.800 peso per hari,” ucap Nelson Dellera, seorang nelayan setempat.
Kota tua ini ditata ulang sekitar tahun 1970-an dan dimanfaatkan untuk pembangunan bendungan yang menjadi irigasi utama dan sumber air di Nueva Ecija dan juga provinsi sekitarnya.
(Foto: Reuters/Adrian Portugal)
Namun, bendungan ini semakin mengering akibat cuaca panas yang tidak bersahabat melanda negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Filipina.
(Rizka Diputra)