ANAK pertama memang kerap menjadi orang yang dituakan di keluarga setelah orang tua. Biasanya, mereka menjadi orang yang diandalkan ketika menghadapi masalah, baik finansial maupun segala kejadian.
Tapi tidak bisa dipungkiri, selain menjadi tulang punggung keluarga, anak pertama memang kerap disebut sebagai “kelinci percobaan” orang tua. Cara didik orang tua kepada anak pertama dan anak yang lainnya bisa dikatakan berbeda, karena diikuti juga dengan faktor zaman yang semakin berkembang.
Keresahan ini disampaikan oleh komika Bintang Emon pada akun Instagramnya (@bintangemon). Dalam videonya ia mengatakan bahwa anak pertamalah yang menjadi trial and eror bagi para orang tua untuk mendidik anak mereka.
Ada rasa iri dan bingung saat melihat orang tua mengajarkan sesuatu kepada adik-adiknya tanpa menggunakan “kekerasan," Pertanyaan ini muncul karena sebagai kakak memiliki pengalaman yang berbeda dengan sang adik walaupun dikejadian yang sama.
“ibarat Indonesia, lu mah ketemunya udah merdeka. Bagian tanam paksa, bagian romusha ini nih ye," kata Bintang Emon dalam video tersebut.
"Makanya kita (kakak) kalau resek ke elu (adik), kalau ngomel ke elu bukan karena benci. Reka Ulang!" tambahnya.
Meliaht video ini, tentunya banyak netizen yang relate dengan apa yang dialami Bintang dan menuliskan pengalamannya pada kolom komentar.
“IBARATNYA “KITA ANKA PERTAMA OPEN MAP,SI ADEK TINGAL LEWAT DOANK UDAH AMAN," tulis akun Instagram @dw.alicee
“RILETEBEL BAGIAN DIGANYANG KAKAK KARENA BELIO HIDUP DI ERA TANAM PAKSA," Kata salah satu artis @ayudiac
Tidak hanya komentar dari para anak pertama, namun ada juga salah satu orang tua yang ikut berkomentar dan mengakui kebenaran yang dikatakan Bintan Emon.
“Saya sebagai orang tua baru, mengakui bahwa itu benar. Anak pertama adalah kelinci percobaan. Tapi perlu kalian tahu wahai anak pertama, meski kalian adalah kelinci percobaan, sesungguhnya kalian adalah anak yg paling spesial, paling serba baru, paling ditunggu2. Beda sama anak selanjutnya, udah biasa ibaratnya mah," Ujar @ayumilindawitri.
(Martin Bagya Kertiyasa)