Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Stevie Agnecya Meninggal Diduga Kanker Serviks, Kenali Penyebab dan Bahayanya

Lulu Az Zahra , Jurnalis-Jum'at, 22 Maret 2024 |21:10 WIB
Stevie Agnecya Meninggal Diduga Kanker Serviks, Kenali Penyebab dan Bahayanya
Kenali penyebab kanker serviks seperti yang dialami Stevie Agnecya. (Foto: Freepik.com)
A
A
A

KANKER serviks merupakan salah satu jenis kanker yang cukup serius dan dapat mematikan jika tidak diobati dengan tepat. Secara global, kanker serviks merupakan kanker keempat yang paling umum terjadi pada wanita.

Pada 2022, sekitar 660.000 kasus baru kanker serviks dan sekitar 94 persen dari 350.000 kematian akibat penyakit kanker serviks terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Kanker serviks ini pula yang diduga dialami selebgram, Stevie Agnecya yang baru saja meninggal dunia pada Jum’at dini hari. Sebelum kepergiannya, Stevie sempat merasa tidak nyaman pada tubuhnya ketika sedang duduk. Padahal dia tidak pernah memasang apapun ditubuhnya seperti alat spiral atau KB.

Merangkum dari berbagai sumber pada Jum’at (22/3/2024), kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang dimulai di leher rahim. Leher rahim merupakan bagian bawah rahim yang terhubung dengan vagina. Kanker serviks biasanya berkembang perlahan seiring berjalannya waktu.

Stevie Agnecya

Sebelum kanker muncul di leher rahim, sel-sel leher rahim mengalami perubahan yang disebut displasia, yaitu sel-sel abnormal mulai muncul di jaringan leher rahim. Seiring waktu, jika sel-sel abnormal tersebut tidak dimusnahkan atau dihilangkan dapat menjadi sel kanker dan mulai tumbuh hingga menyebar lebih dalam ke leher rahim dan area sekitarnya.

Penyebab Kanker Serviks

Human papillomavirus (HPV), infeksi umum yang ditularkan melalui hubungan seksual ini merupakan risiko tinggi yang dapat menyebabkan 70 persen kanker serviks di seluruh dunia karena dapat menyerang kulit, area genital, dan tenggorokan.

Selain HPV, faktor risiko lain yang dapat meningkatkan perkembangan kanker diantara adalah status kekebalan, jumlah kelahiran, usia kehamilan yang masih muda, penggunaan kontrasepsi hormonal, dan merorok atau menghirup asap rokok.

Saat terkena HPV, sistem kekebalan tubuh biasanya mengendalikan HPV dari tubuh agar hilang dengan sendirinya dalam waktu satu atau dua tahun.

Namun, beberapa faktor risiko dapat membuat infeksi HPV berlangsung bertahun-tahun dan menyebabkan perubahan pada sel serviks sehingga menimbulkan lesi prakanker. Jika lesi prakanker tidak ditemukan dan dihilangkan, pada akhirnya dapat berkembang menjadi kanker serviks.

Selain itu, infeksi HPV yang persisten pada leher rahim jika tidak diobati akan menyebabkan 95 persen kanker serviks. Biasanya, diperlukan waktu 15-20 tahun bagi sel abnormal untuk berubah menjadi kanker.

Namun, pada wanita yang memiliki sistem kekebalan lemah, HIV yang tidak diobati prosesnya dapat lebih cepat dengan hanya memakan waktu 5-10 tahun. Sering kali pembedahan dilakukan sebagai pengobatan pertama untuk mengangkat kanker.

Perawatan lain seperti obat-obatan mungkin juga termasuk dilakukan untuk membunuh sel kanker. Selain itu, terapi juga dapat digunakan seperti kemoterapi, obat-obatan terapi bertarget, dan terapi radiasi.

Untuk itu, deteksi dini adalah kunci untuk mengatasi kanker serviks dengan efektif. Dengan edukasi yang tepat, melalukan pemeriksaan rutin seperti tes skrining dan menerima vaksin dapat melindungi infeksi HPV dan mengurangi angka kematian akibat kanker serviks.

Disarankan untuk menjalani pemeriksaan pap smear secara teratur mulai pada usia 21 tahun. Selain itu, penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai pengobatan apa pun agar mendapatkan anjuran yang tepat.

(Leonardus Selwyn)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement